{وَأَنْذِرْهُمْ يَوْمَ الآزِفَةِ إِذِ الْقُلُوبُ لَدَى الْحَنَاجِرِ كَاظِمِينَ مَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ حَمِيمٍ وَلا شَفِيعٍ يُطَاعُ (18) يَعْلَمُ خَائِنَةَ الأعْيُنِ وَمَا تُخْفِي الصُّدُورُ (19) وَاللَّهُ يَقْضِي بِالْحَقِّ وَالَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ لَا يَقْضُونَ بِشَيْءٍ إِنَّ اللَّهَ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ (20) }
Berilah mereka peringatan dengan hari yang dekat (hari kiamat yaitu) ketika hati(menyesak) sampai di kerongkongan dengan menahan kesedihan. Orang-orang yang zalim tidak mempunyai teman setia seorang pun dan tidak (pula) mempunyai seorang pemberi syafaat yang diterima syafaatnya. Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati. Dan Allah menghukum dengan keadilan. Dan sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah tiada dapat menghukum dengan suatu apa pun. Sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.
Yaumul Azifah adalah istilah lain dari hari kiamat. Dinamakan demikian karena masanya sudah dekat, sebagaimana yang disebutkan oleh firman Allah Swt.:
{أَزِفَتِ الآزِفَةُ. لَيْسَ لَهَا مِنْ دُونِ اللَّهِ كَاشِفَةٌ}
Telah dekat terjadinya hari kiamat. Tidak ada yang akan menyatakan terjadinya hari itu selain Allah. (An-Najm: 57-58)
{اقْتَرَبَتِ السَّاعَةُ وَانْشَقَّ الْقَمَرُ}
Telah dekat (datangnya) saat itu dan telah terbelah bulan. (Al-Qamar: l)
{اقْتَرَبَ لِلنَّاسِ حِسَابُهُمْ}
Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka. (Al-Anbiya: l)
{أَتَى أَمْرُ اللَّهِ فَلا تَسْتَعْجِلُوهُ}
Telah pasti datangnya ketetapan Allah, maka janganlah kamu meminta disegerakan (datang)nya. (An-Nahl: 1)
Dan firman Allah Swt.:
{فَلَمَّا رَأَوْهُ زُلْفَةً سِيئَتْ وُجُوهُ الَّذِينَ كَفَرُوا وَقِيلَ هَذَا الَّذِي كُنْتُمْ بِهِ تَدَّعُونَ}
Ketika mereka melihat azab (pada hari kiamat) sudah dekat, muka orang-orang kafir itu menjadi muram. (Al-Mulk: 27), hingga akhir ayat.
***********
Adapun firman Allah Swt.:
{إِذِ الْقُلُوبُ لَدَى الْحَنَاجِرِ كَاظِمِينَ}
ketika hati (menyesak) sampai di kerongkongan dengan menahan kesedihan. (Al-Mu’min: 18)"
Qatadah mengatakan bahwa hati menyesak sampai di tenggorokan karena takut yang amat sangat, dan hati tidak dapat keluar dan tidak dapat pula kembali ke tempatnya.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Ikrimah dan As-Saddi serta lain-lainnya yang bukan hanya seorang.
Makna kadhimina ialah semuanya diam, tidak ada seorang pun yang dapat bicara kecuali dengan izin Allah Swt. seperti yang disebutkan dalam firman-Nya:
{يَوْمَ يَقُومُ الرُّوحُ وَالْمَلائِكَةُ صَفًّا لَا يَتَكَلَّمُونَ إِلا مَنْ أَذِنَ لَهُ الرَّحْمَنُ وَقَالَ صَوَابًا}
Pada hari, ketika roh dan para malaikat berdiri bersaf-saf, mereka tidak berkata-kata kecuali siapa yang telah diberi izin kepadanya oleh Tuhan Yang Maha Pemurah; dan ia mengucapkan kata yang benar. (An-Naba: 38)
Ibnu Juraij mengatakan bahwa kadhimina artinya mereka menangis.
**********
Firman Allah Swt.:
{مَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ حَمِيمٍ وَلا شَفِيعٍ يُطَاعُ}
Orang-orang yang zalim tidak mempunyai teman setia seorang pun dan tidak (pula) mempunyai seorang pemberi syafaat yang diterima syafaatnya. (Al-Mu’min: 18)
Yakni tiadalah bagi orang-orang yang zalim karena mempersekutukan Allah seorang kerabat pun dari kalangan mereka yang dapat memberi manfaat bagi mereka, tiada pula pemberi syafaat pun yang dapat diterima syafaatnya, bahkan semua penyebab kebaikan telah terputus dari mereka.
**************
Firman Allah Swt.:
{يَعْلَمُ خَائِنَةَ الأعْيُنِ وَمَا تُخْفِي الصُّدُورُ}
Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati. (Al-Mu’min: 19)
Allah Swt. menceritakan tentang Pengetahuan-Nya Yang sempurna lagi meliputi segala sesuatu, yang besar, yang kecil, yang agung, yang hina, yang lembut dan yang paling kecil. Ayat ini merupakan peringatan bagi manusia agar selalu merasa di bawah pengawasan Allah, sehingga mereka merasa malu dari Allah dengan malu yang sebenar-benarnya, dan bertakwa kepada-Nya dengan takwa yang sebenar-benarnya, dan merasa berada dalam pengawasan-Nya dengan perasaan seseorang yang mengetahui bahwa Dia melihatnya. Karena sesungguhnya Allah Swt. mengetahui pandangan mata yang khianat, sekalipun pada lahiriahnya menampakkan pandangan yang jujur. Dan Dia mengetahui apa yang tersembunyi di balik lubuk hati berupa detikan hati dan semua rahasia yang ada di dalamnya.
Ibnu Abbas mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dia mengetahui(pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati. (Al-Mu’min: 19) Dia adalah seorang lelaki yang memasuki rumah suatu ahli bait yang di dalamnya ada seorang wanita yang cantik, atau wanita yang cantik itu berlalu di hadapannya; maka apabila keluarga si wanita itu lengah, ia melirikkan pandangannya ke wanita itu. Dan apabila mereka mengawasinya, maka ia menundukkan pandangan matanya dari wanita itu. Bila mereka lengah, ia memandangnya; dan bila mereka mengawasinya, ia menunduk. Allah Swt. mengetahui apa yang tersimpan di dalam hati lelaki seperti itu, dia menginginkan seandainya saja ia dapat melihat farji wanita cantik itu. Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim.
Ad-Dahhak telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: (pandangan) mata yang khianat. (Al-Mu’min: 19) Yakni lirikan mata. Seorang lelaki berkata, "Aku telah melihat," padahal dia tidak melihat. Atau, "Aku tidak melihat," padahal dia melihat.
Ibnu Abbas mengatakan bahwa Allah Swt. mengetahui pandangan mata saat melihat, apakah pandangan itu jujur ataukah khianat. Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid dan Qatadah.
Ibnu Abbas telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan apa yang disembunyikan oleh hati. (Al-Mu’min: 19) Dia mengetahui bahwa jika kamu mempunyai kemampuan untuk menguasainya (si wanita cantik yang dipandangmu), apakah kamu akan berbuat zina dengannya ataukah tidak.
As-Saddi mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan apa yang disembunyikan oleh hati. (Al-Mu’min: 19) Yakni rasa waswas.
************
Firman Allah Swt.:
{وَاللَّهُ يَقْضِي بِالْحَقِّ}
Dan Allah menghukum dengan keadilan. (Al-Mu’min: 20)
Maksudnya, memutuskan hukum dengan adil.
Al-A'masy telah meriwayatkan dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan Allah menghukum dengan keadilan. (Al-Mu’min: 20) Yaitu berkuasa membalas satu kebaikan dengan satu kebaikan, dan satu keburukan dengan satu keburukan lagi. Sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (Al-Mu’min: 20)
Inilah tafsir yang dikemukakan oleh Ibnu Abbas r.a. tentang ayat ini, bahwa ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
{لِيَجْزِيَ الَّذِينَ أَسَاءُوا بِمَا عَمِلُوا وَيَجْزِيَ الَّذِينَ أَحْسَنُوا بِالْحُسْنَى}
supaya Dia memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat terhadap apa yang telah mereka kerjakan dan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dengan pahala yang baik. (An-Najm:31)
***********
Adapun firman Allah Swt.:
{وَالَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ}
Dan sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah. (Al-Mu’min: 20)
Yakni berhala-berhala, sekutu-sekutu, dan tandingan-tandingan Allah yang mereka ada-adakan.
{لَا يَقْضُونَ بِشَيْءٍ}
tiada dapat menghukum dengan sesuatu pun. (Al-Mu’min: 20)
Maksudnya, tidak memiliki sesuatu pun dan tidak dapat menghukumi sesuatu pun.
{إِنَّ اللَّهَ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ}
Sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (Al-Mu’min: 20)
Yakni Maha Mendengar semua ucapan makhluk-Nya dan Maha Melihat kepada mereka, maka Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya, Dialah Hakim Yang Mahaadil dalam semuanya itu.
EmoticonEmoticon