47 Tafsir Surat Muhammad Ayat 32-35 - Tafsir Ibnu Katsir Terlengkap

7:46 AM


Muhammad, ayat 32-35

{إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا وَصَدُّوا عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ وَشَاقُّوا الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْهُدَى لَنْ يَضُرُّوا اللَّهَ شَيْئًا وَسَيُحْبِطُ أَعْمَالَهُمْ (32) يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَلا تُبْطِلُوا أَعْمَالَكُمْ (33) إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا وَصَدُّوا عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ ثُمَّ مَاتُوا وَهُمْ كُفَّارٌ فَلَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَهُمْ (34) فَلا تَهِنُوا وَتَدْعُوا إِلَى السَّلْمِ وَأَنْتُمُ الأعْلَوْنَ وَاللَّهُ مَعَكُمْ وَلَنْ يَتِرَكُمْ أَعْمَالَكُمْ (35) }

Sesungguhnya orang-orang kafir dan menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah serta memusuhi rasul setelah petunjuk itu jelas bagi mereka, mereka tidak dapat memberi mudarat kepada Allah sedikit pun. Dan Allah akan menghapuskan (pahala) amal-amal mereka. Hai orang-orang yang beriman. taatlah 'kepada Allah dan taatlah kepada rasul dan janganlah kamu merusakkan (pahala) amal-amalmu. Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kemudian mereka mati dalam keadaan kafir, maka sekali-kali Allah tidak akan memberi ampun kepada mereka. Janganlah kamu lemah dan minta damai, padahal kamulah yang di atas dan Allah (pun) beserta kamu dan Dia sekali-kali tidak akan mengurangi (pahala)amal-amalmu.

Allah Swt. menceritakan perihal orang-orang yang kafir dan menghalang-halangi manusia dari jalan Allah, menentang rasul dan memusuhinya, serta murtad dari iman sesudah jelas baginyajalan petunjuk, bahkan sikap mereka itu sama sekali tidak merugikan Allah barang sedikit pun. Dan bahwa sesungguhnya kerugian yang diakibatkannya adalah menimpa pelakunya sendiri dan dia akan merasa sangat kecewa kelak di hari kemudian. Dan Allah akan menghapuskan pahala amal-amalnya, karena itu Allah tidak memberinya pahala barang sedikit pun dari amal yang telah dilakukannya karena sesudahnya ia murtad. Tiada suatu amal kebaikannya pun yang dibalasi-Nya, bahkan Dia menggugurkan dan menghapuskannya sama sekali. Kebalikannya ialah sama dengan amal-amal kebaikan, ia dapat menghapuskan amal-amal keburukan.

Imam Ahmad ibnu Nasr Al-Marwazi di dalam Kitabus Salah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Qudamah, telah menceritakan kepada kami Waki', telah menceritakan kepada kami Abu Ja'far Ar-Razi, dari Ar-Rabi’ ibnu Anas, dari Abul Aliyah yang menceritakan bahwa dahulu sahabat Rasulullah Saw. beranggapan bahwa tiada suatu dosa pun yang membahayakan selama pelakunya meyakini bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah. Sebagaimana tiada amal kebaikan pun yang bermanfaat bila pelakunya mempersekutukan Allah. Hingga turun ayat berikut, yaitu firman Allah Swt.: taatlah kepada Allah dan taatlah kepada rasul dan janganlah kamu merusakkan (pahala) amal-amalmu. (Muhammad: 33) Akhirnya mereka merasa takut bila perbuatan dosa menghapuskan amal kebaikan mereka (yakni mereka tidak beranggapan seperti semula lagi).

Kemudian diriwayatkan melalui jalur Abdullah ibnul Mubarak, bahwa telah menceritakan kepadaku Bakr ibnu Ma'ruf, dari Muqatil ibnu Hayyan, dari Nafi', dari Ibnu Umar r.a. yang telah mengatakan, "Kami sahabat Rasulullah Saw. beranggapan bahwa tiada suatu pun dari amal kebaikan melainkan diterima," hingga turunlah firman-Nya: taatlah kepada Allah dan taatlah kepada rasul dan janganlah kamu merusakkan (pahala) amal-amalmu. (Muhammad: 33) Maka kami (para sahabat) bertanya, "Apa sajakah yang dapat menghapuskan amal kebaikan kami?" Dan kami beranggapan bahwa yang menghapuskan amal kebaikan itu adalah dosa-dosa besar yang menjerumuskan pelakunya ke dalam neraka dan perbuatan-perbuatan fahisyah (yang keji), hingga turunlah firman Allah Swt.: Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. (An-Nisa: 48), hingga akhir ayat. Setelah ayat ini diturunkan, maka kami tidak mempunyai dugaan seperti itu lagi dan kami merasa khawatir terhadap orang yang mengerjakan dosa-dosa besar dan mengerjakan perbuatan fahisyah; dan kami berharap semoga yang lainnya tidak terjerumus ke dalamnya.

*******************

Setelah itu Allah memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman agar taat kepada-Nya dan taat kepada rasul-Nya, karena hal ini akan membawa mereka kepada kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dan Allah melarang mereka melakukan perbuatan yang menyebabkan murtad, karena murtad dapat menghapuskan semua amal kebaikan yang telah dikerjakan. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:

{وَلا تُبْطِلُوا أَعْمَالَكُمْ}

dan janganlah kamu merusakkan (pahala) amal-amalmu. (Muhammad: 33)

Yakni dengan melakukan perbuatan murtad. Karena itulah pada firman berikutnya disebutkan:

{إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا وَصَدُّوا عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ ثُمَّ مَاتُوا وَهُمْ كُفَّارٌ فَلَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَهُمْ}

Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan menghalang, (manusia) dari jalan Allah, kemudian mereka mati dalam keadaan kafir, maka sekali-kali Allah tidak akan memberi ampun kepada mereka. (Muhammad: 34)

Sama dengan firman-Nya:

{إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ} الْآيَةَ.

Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. (An-Nisa: 48)

Kemudian dalam firman selanjutnya disebutkan Khitab Allah Swt. Kepada hamba-hamba-Nya yang beriman:

{فَلا تَهِنُوا}

Janganlah kamu lemah. (Muhammad: 35)

Yaitu bersikap lemah dalam menghadapi musuh-musuhmu.

{وَتَدْعُوا إِلَى السَّلْمِ}

dan minta damai. (Muhammad: 35)

Yakni memilih gencatan senjata, perdamaian, di antara kamu dan orang-orang kafir yang memusuhimu, padahal kalian kuat, bilangan personel kalian banyak dan senjata kalian lebih lengkap. Untuk itulah maka disebutkan dalam firman-Nya:

{فَلا تَهِنُوا وَتَدْعُوا إِلَى السَّلْمِ وَأَنْتُمُ الأعْلَوْنَ}

Janganlah kamu lemah dan minta damai, padahal kamulah yang di atas. (Muhammad: 35)

Yaitu di saat posisi kalian menang di atas musuh kalian. Adapun jika keadaan orang-orang kafir memiliki kekuatan yang lebih besar dan lebih banyak ketimbang kekuatan dan pasukan kaum muslim, sedangkan iman kaum muslim memandang bahwa mengadakan gencatan senjata sangat bermanfaat bagi pihak kaum muslim, maka ia boleh mengadakan gencatan senjata dengan musuh dan menghentikan perang. Seperti yang pernah dilakukan Rasulullah Saw. ketika orang-orang kafir Quraisy melarangnya memasuki Mekah. Dan mereka mengajak Rasulullah Saw. untuk berdamai dan menghentikan peperangan di antara mereka dengan Rasulullah Saw. selama sepuluh tahun. Maka Rasulullah Saw. menyetujuinya.

Firman Allah Swt.:

{وَاللَّهُ مَعَكُمْ}

dan Allah (pun) beserta kamu. (Muhammad: 35)

Ini mengandung berita gembira yang besar, bahwa pasukan kaum muslim akan beroleh pertolongan dari Allah dan mendapat kemenangan atas musuh-musuhnya.

{وَلَنْ يَتِرَكُمْ أَعْمَالَكُمْ}

dan Dia sekali-kali tidak akan mengurangi (pahala) amal-amalmu. (Muhammad: 35)

Yakni tidak akan menghapuskan dan tidak akan menggugurkan amal kebaikan kalian, bahkan Dia akan memenuhi pahalanya tanpa menguranginya barang sedikit pun.

Artikel Terkait

Previous
Next Post »