Loading...

26 Tafsir Surat Asy-Syu`araa` Ayat 116-122, Tafsir Ibnu Katsir Terlengkap

9:25 AM Add Comment


Asy-Syu'ara', ayat 116-122

{قَالُوا لَئِنْ لَمْ تَنْتَهِ يَا نُوحُ لَتَكُونَنَّ مِنَ الْمَرْجُومِينَ (116) قَالَ رَبِّ إِنَّ قَوْمِي كَذَّبُونِ (117) فَافْتَحْ بَيْنِي وَبَيْنَهُمْ فَتْحًا وَنَجِّنِي وَمَنْ مَعِيَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ (118) فَأَنْجَيْنَاهُ وَمَنْ مَعَهُ فِي الْفُلْكِ الْمَشْحُونِ (119) ثُمَّ أَغْرَقْنَا بَعْدُ الْبَاقِينَ (120) إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَةً وَمَا كَانَ أَكْثَرُهُمْ مُؤْمِنِينَ (121) وَإِنَّ رَبَّكَ لَهُوَ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ (122) }

Mereka berkata, "Sungguh jika kamu tidak (mau) berhenti, hai Nuh, niscaya benar-benar kamu akan termasuk orang-orang yang dirajam.” Nuh berkata, "Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku telah mendustakan aku; maka itu adakanlah suatu keputusan antaraku dan antara mereka, dan selamatkanlah aku dan orang-orang yang mukmin besertaku.” Maka Kami selamatkan Nuh dan orang-orang yang besertanya di dalam kapal yang penuh muatan. Kemudian sesudah itu Kami tenggelamkan orang-orang yang tinggal. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah), tetapi kebanyakan mereka tidak beriman. Dan sesungguhnya Tuhanmu Dialah Yang Mahaperkasa lagi Mahapenyayang.

Setelah Nuh a.s. tinggal lama di kalangan mereka seraya menyeru mereka untuk menyembah Allah siang dan malam, baik secara sembunyi-sembunyi maupun secara terang-terangan, dan setiap kali Nuh a.s. menyeru mereka untuk menyembah Allah, maka semakin nekad pula sikap mereka dalam kekafirannya dan makin sengit pula penolakan mereka terhadap seruannya. Pa'da akhirnya mereka mengatakan:

لَئِنْ لَمْ تَنْتَهِ يَا نُوحُ لَتَكُونَنَّ مِنَ الْمَرْجُومِينَ

Sungguh jika kamu tidak (mau) berhenti, hai Nuh, niscaya benar-benar kamu akan termasuk orang-orang yang dirajam. (Asy-Syu'ara': 116)

Yakni sungguh jika kamu tidak mau berhenti dari seruanmu itu yang mengajak agar memeluk agamamu.

{لَتَكُونَنَّ مِنَ الْمَرْجُومِينَ}

niscaya benar-benar kamu akan termasuk orang-orang yang dirajam. (Asy-Syu'ara': 116)

Artinya, sungguh kami akan merajammu. Maka pada saat itulah Nabi Nuh a.s. berdoa kepada Allah untuk kebinasaan mereka, yaitu dengan suatu doa yang diperkenankan oleh Allah Swt.

{رَبِّ إِنَّ قَوْمِي كَذَّبُونِ. فَافْتَحْ بَيْنِي وَبَيْنَهُمْ فَتْحًا وَنَجِّنِي وَمَنْ مَعِيَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ}

Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku telah mendustakan aku; maka itu adakanlah suatu keputusan antaraku dan antara mereka. (Asy-Syu'ara': 117-118), hingga akhir ayat.

Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

فَدَعَا رَبَّهُ أَنِّي مَغْلُوبٌ فَانْتَصِرْ

Maka dia mengadu kepada Tuhannya, "Bahwasanya aku ini adalah orang yang dikalahkan. Oleh sebab itu, tolonglah (aku).”(Al-Qamar: 10), hingga akhir ayat.

Dan dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:

{فَأَنْجَيْنَاهُ وَمَنْ مَعَهُ فِي الْفُلْكِ الْمَشْحُونِ. ثُمَّ أَغْرَقْنَا بَعْدُ الْبَاقِينَ.}

Maka Kami selamatkan Nuh dan orang-orang yang besertanya di dalam kapal yang penuh muatan. Kemudian sesudah itu Kami tenggelamkan orang-orang yang tinggal. (Asy-Syu'ara': 119-120)

Al-masyhun artinya penuh dengan muatan barang dan berbagai macam binatang yang dimuat di dalamnya, masing-masing jenis satu jodoh. Yakni Kami selamatkan Nuh beserta semua pengikutnya dan Kami tenggelam­kan semua orang yang kafir kepadanya dan menentang perintahnya.

{إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَةً وَمَا كَانَ أَكْثَرُهُمْ مُؤْمِنِينَ. وَإِنَّ رَبَّكَ لَهُوَ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ}

Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah), tetapi kebanyakan mereka tidak beriman. Dan sesungguhnya Tuhanmu Dialah Yang Mahaperkasa lagi Maha Penyayang. (Asy-Syu'ara': 121-122)

26 Tafsir Surat Asy-Syu`araa` Ayat 123-135, Tafsir Ibnu Katsir Terlengkap

9:23 AM Add Comment


Asy-Syu'ara', ayat 123-135

كَذَّبَتْ عَادٌ الْمُرْسَلِينَ (123) إِذْ قَالَ لَهُمْ أَخُوهُمْ هُودٌ أَلَا تَتَّقُونَ (124) إِنِّي لَكُمْ رَسُولٌ أَمِينٌ (125) فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَطِيعُونِ (126) وَمَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ أَجْرٍ إِنْ أَجْرِيَ إِلَّا عَلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ (127) أَتَبْنُونَ بِكُلِّ رِيعٍ آيَةً تَعْبَثُونَ (128) وَتَتَّخِذُونَ مَصَانِعَ لَعَلَّكُمْ تَخْلُدُونَ (129) وَإِذَا بَطَشْتُمْ بَطَشْتُمْ جَبَّارِينَ (130) فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَطِيعُونِ (131) وَاتَّقُوا الَّذِي أَمَدَّكُمْ بِمَا تَعْلَمُونَ (132) أَمَدَّكُمْ بِأَنْعَامٍ وَبَنِينَ (133) وَجَنَّاتٍ وَعُيُونٍ (134) إِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ (135)

Kaum 'Ad telah mendustakan para rasul. Ketika saudara mereka Hud berkata kepada mereka, "Mengapa kalian tidak bertakwa? Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepada kalian maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. Dan sekali-kali aku tidak minta upah kepada kalian atas ajakan itu; upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam. Apakah kalian mendirikan pada tiap-tiap tanah tinggi bangunan untuk bermain-main, dan kalian membuat benteng-benteng dengan maksud supaya kalian kekal (di dunia)? Dan apabila kalian menyiksa, maka kalian menyiksa sebagai orang-orang kejam dan bengis. Maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. Dan bertakwalah kepada Allah yang telah menganugerahkan kepada kalian apa yang kalian ketahui. Dia telah menganugerahkan kepada kalian binatang-binatang ternak, dan anak-anak, dan kebun-kebun dan mata air, sesungguhnya aku takut kalian akan ditimpa azab hari yang besar.”

Ini cerita dari Allah Swt. tentang hamba dan rasul-Nya Hud a.s. Sesungguhnya dia menyeru kaumnya, yaitu kabilah Ad. Kaumnya tinggal di bukit-bukit pasir, yakni bukit yang berpasir di dekat Hadramaut, letaknya bersebelahan dengan negeri Yaman; masa mereka sesudah masa kaum Nabi Nuh, seperti yang disebutkan di dalam surat Al-A'raf melalui firman-Nya:

{وَاذْكُرُوا إِذْ جَعَلَكُمْ خُلَفَاءَ مِنْ بَعْدِ قَوْمِ نُوحٍ وَزَادَكُمْ فِي الْخَلْقِ بَصْطَةً}

Dan ingatlah oleh kamu sekalian di waktu Allah menjadikan kalian sebagai pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah lenyapnya kaum Nuh, dan Tuhan telah melebihkan kekuatan tubuh dan perawakan kalian (daripada kaum Nuh itu). (Al-A'raf: 69)

Demikian itu karena mereka memiliki kekuatan yang hebat, tubuh yang besar serta sangat tinggi dan rezeki yang berlimpah, harta benda yang banyak, kebun-kebun, sungai-sungai, tanam-tanaman, buah-buahan, juga mempunyai anak yang banyak. Tetapi sekalipun demikian, mereka menyembah selain Allah di samping menyembah Allah, maka Allah mengutus Nabi Hud kepada mereka. Hud adalah seorang lelaki dari kalangan mereka, diangkat oleh Allah sebagai rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. Dia menyeru mereka untuk mengesakan Allah dan memperingatkan mereka terhadap pembalasan dan azab-Nya jika mereka menentang-Nya. Maka dia berkata kepada mereka, seperti apa yang dikatakan oleh Nuh kepada kaumnya, hingga sampai pada firman-Nya:

{أَتَبْنُونَ بِكُلِّ رِيعٍ آيَةً تَعْبَثُونَ}

Apakah kalian mendirikan pada tiap-tiap tanah tinggi bangunan untuk bermain-main. (Asy-Syu'ara': 128)

Para ulama tafsir berbeda pendapat tentang makna الرِّيعِ (ar-ri)', yang kesimpulan pendapat mereka mengatakan bahwa ia adalah daerah yang tinggi di pinggir jalan-jalan yang terkenal (yang banyak dilalui manusia). Mereka membangun di tempat tersebut bangunan yang kokoh, besar, lagi megah. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya: Apakah kamu mendirikan pada tiap-tiap tanah tinggi bangunan. (Asy-Syu'ara': 128) Yakni bangunan yang menjadi tanda lagi terkenal.

تَعْبَثُونَ

untuk bermain-main. (Asy-Syu'ara': 128)

Yaitu sesungguhnya mereka membuat bangunan tersebut hanyalah untuk bermain-main, bukan untuk tujuan yang diperlukan, melainkan hanya sekadar bermain-main, bersenang-senang, dan unjuk kekuatan. Karena itulah maka nabi mereka mengingkari perbuatan mereka yang demikian itu, mengingat perbuatan mereka itu sama dengan menyia-nyiakan waktu, memayahkan diri tanpa ada faedahnya, serta menyibukkan diri dengan hal-hal yang tidak bermanfaat baik di dunia maupun di akhirat. Karena itu, disebutkan oleh firman-Nya:

{وَتَتَّخِذُونَ مَصَانِعَ لَعَلَّكُمْ تَخْلُدُونَ}

dan kalian membuat benteng-benteng dengan maksud supaya kalian kekal (di dunia). (Asy-Syu'ara': 129)

Mujahid mengatakan bahwa masani' artinya tower-tower yang dibangun dengan kokoh dan benteng-benteng yang kuat lagi mantap. Menurut riwayat lain bersumber dari Mujahid, disebutkan tower-tower air. Qatadah mengatakan tempat pengambilan air (gudang air). Qatadah mengatakan bahwa sebagian ulama kufah ada yang membaca ayat ini dengan bacaan berikut:

وَتَتَّخِذُونَ مَصَانِعَ كَأَنَّكُمْ خَالِدُونَ

dan kalian membuat benteng-benteng seakan-akan kalian hidup kekal.

Menurut qiraat yang terkenal disebutkan seperti berikut:

{لَعَلَّكُمْ تَخْلُدُونَ}

dan kalian membangun benteng-benteng dengan maksud supaya kalian kekal.

Yakni agar kalian tinggal di dalamnya untuk selama-lamanya. Demikian itu tidak akan terjadi bagi kalian, bahkan bangunan-bangunan itu pasti lenyap dari kalian sebagaimana telah lenyap dari orang-orang dahulu sebelum kalian.

Ibnu Abu Hatim rahimahullah telah meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Al-Hakam ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami Al-Walid, telah menceritakan kepada kami Ibnu Ajian, telah menceritakan kepadaku Aun ibnu Abdullah ibnu Atabah, bahwa Abu Darda r.a. ketika menyaksikan pembaharuan yang dilakukan oleh kaum muslim di Al-Gautah terhadap bangunan-bangunan mereka dan penanaman pepohonan. Maka ia berdiri di masjid mereka, lalu berseru, "Hai penduduk kota Dimasyq." Maka mereka berkumpul kepadanya, dan ia memuji serta menyanjung Allah Swt., sesudah itu ia mengatakan, "Tidakkah kalian malu, tidakkah kalian malu, kalian mengumpulkan apa yang tidak kalian makan, dan kalian membangun apa yang tidak kalian huni, dan kalian mengangan-angankan hal yang tidak dapat kalian raih. Sesungguhnya telah terjadi di masa sebelum kalian banyak generasi yang menghimpunkan (keduniawian) sebanyak-banyaknya, mereka membangun bangunan-bangunan yang kokoh, dan mereka berangan-angan yang menyebabkan mereka tenggelam di dalamnya, pada akhirnya mereka teperdaya oleh angan-angan mereka, apa yang telah mereka kumpulkan semuanya musnah, dan rumah-rumah mereka menjadi kuburan-kuburan (mereka). Ingatlah, sesungguhnya kaum Ad memiliki kuda dan hewan kendaraan yang memenuhi antara kawasan Ad dan Yaman. Maka siapakah yang mau membeli harta peninggalan kaum Ad dengan harga dua dirham (yakni tiada artinya lagi)?"

****

Firman Allah Swt.:

{وَإِذَا بَطَشْتُمْ بَطَشْتُمْ جَبَّارِينَ}

Dan apabila kalian menyiksa, maka kalian menyiksa sebagai orang-orang kejam dan bengis. (Asy-Syu'ara': 130)

Yakni mereka mempunyai ciri khas kuat, kasar, dan sewenang-wenang.

{فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَطِيعُونِ}

Maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. (Asy-Syu'ara': 131)

Maksudnya, sembahlah Tuhan kalian dan taatlah kepada rasul kalian.

Selanjutnya Nabi Hud mengingatkan mereka akan nikmat-nikmat Allah yang telah dikaruniakan kepada mereka:

{وَاتَّقُوا الَّذِي أَمَدَّكُمْ بِمَا تَعْلَمُونَ. أَمَدَّكُمْ بِأَنْعَامٍ وَبَنِينَ. وَجَنَّاتٍ وَعُيُونٍ. إِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ}

Dan bertakwalah kepada Allah yang telah menganugerahkan kepada kalian apa yang kalian ketahui. Dia telah menganugerahkan kepada kalian binatang-binatang ternak dan anak-anak, dan kebun-kebun dan mata air, sesungguhnya aku takut kalian akan ditimpa azab hari yang besar. (Asy-Syu'ara': 132-135)

Yaitu jika kalian mendustakan dan menentang-Nya. Nabi Hud menyeru mereka dengan metode targib (anjuran) dan tarhib (peringatan), tetapi hal itu tidak bermanfaat bagi mereka.

26 Tafsir Surat Asy-Syu`araa` Ayat 136-140, Tafsir Ibnu Katsir Terlengkap

9:22 AM Add Comment


Asy-Syu'ara', ayat 136-140

قَالُوا سَوَاءٌ عَلَيْنَا أَوَعَظْتَ أَمْ لَمْ تَكُنْ مِنَ الْوَاعِظِينَ (136) إِنْ هَذَا إِلَّا خُلُقُ الْأَوَّلِينَ (137) وَمَا نَحْنُ بِمُعَذَّبِينَ (138) فَكَذَّبُوهُ فَأَهْلَكْنَاهُمْ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَةً وَمَا كَانَ أَكْثَرُهُمْ مُؤْمِنِينَ (139) وَإِنَّ رَبَّكَ لَهُوَ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ (140)

Mereka menjawab, "Adalah sama saja bagi kami, apakah kamu memberi nasihat atau tidak memberi nasihat, (agama kami) ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang dahulu, dan kami sekali-kali tidak akan diazab. Maka mereka mendustakan Hud, lalu Kami binasakan mereka. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Al lah), tetapi kebanyakan mereka tidak beriman. Dan sesungguhnya Tuhanmu, Dialah Yang Mahaperkasa lagi Maha Penyayang.

Allah Swt. berfirman, menceritakan jawaban kaum Hud terhadap Hud a.s. sesudah Hud menyeru mereka dengan anjuran dan peringatan dan mempertakuti mereka (dengan azab Allah), serta menjelaskan kepada mereka perkara yang hak dengan sejelas-jelasnya.

{قَالُوا سَوَاءٌ عَلَيْنَا أَوَعَظْتَ أَمْ لَمْ تَكُنْ مِنَ الْوَاعِظِينَ}

Mereka menjawab, "Adalah sama saja bagi kami, apakah kamu memberi nasihat atau tidak memberi nasihat.” (Asy-Syu'ara': 136)

Yakni kami tidak akan beranjak dari kebiasaan kami, seperti pengertian yang terdapat di dalam ayat lain melalui firman-Nya:

{وَمَا نَحْنُ بِتَارِكِي آلِهَتِنَا عَنْ قَوْلِكَ وَمَا نَحْنُ لَكَ بِمُؤْمِنِينَ}

dan kami sekali-kali tidak akan meninggalkan sembahan-sembahan kami karena perkataanmu, dan kami sekali-kali tidak akan mempercayai kamu. (Hud: 53)

Dan memang demikianlah perkaranya, seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:

{إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَأَنْذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ}

Sesungguhnya orang-orang kafir sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak akan beriman. (Al-Baqarah: 6)

إِنَّ الَّذِينَ حَقَّتْ عَلَيْهِمْ كَلِمَةُ رَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ

Sesungguhnya orang-orang yang telah pasti terhadap mereka kalimat Tuhanmu, tidaklah akan beriman. (Yunus: 96)

*****

Adapun firman Allah Swt.:

{إِنْ هَذَا إِلا خُلُقُ الأوَّلِينَ}

(agama kami) ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang dahulu. (Asy-Syu'ara': 137)

Sebagian ulama ada yang membacanya khalqu, bukan khuluqu.

Ibnu Mas'ud telah mengatakan, dan juga Al-Aufi dan Ibnu Abbas, serta Alqamah dan Mujahid, bahwa mereka bermaksud "tiada lain apa yang kamu sampaikan kepada kami hanyalah kebiasaan orang dahulu," seperti yang dikatakan oleh orang-orang musyrik dari kaum Quraisy:

{وَقَالُوا أَسَاطِيرُ الْأَوَّلِينَ اكْتَتَبَهَا فَهِيَ تُمْلَى عَلَيْهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا}

Dan mereka berkata, "Dongengan-dongengan orang-orang dahulu dimintanya supaya dituliskan, maka dibacakanlah dongengan itu kepadanya setiap pagi dan petang.” (Al-Furqan: 5)

{وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا إِنْ هَذَا إِلَّا إِفْكٌ افْتَرَاهُ وَأَعَانَهُ عَلَيْهِ قَوْمٌ آخَرُونَ فَقَدْ جَاءُوا ظُلْمًا وَزُورًا وَقَالُوا أَسَاطِيرُ الْأَوَّلِينَ}

Dan orang-orang kafir berkata, "Al-Qur’an ini tidak lain hanyalah kebohongan yang diada-adakan oleh Muhammad, dan dia dibantu oleh kaum yang lain; maka sesungguhnya mereka telah berbuat suatu kezaliman dan dusta yang besar. Dan mereka berkata, "Dongengan-dongengan orang-orang dahulu.” (Al-Furqan: 4-5)

Dan firman Allah Swt.:

{وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ مَاذَا أَنزلَ رَبُّكُمْ قَالُوا أَسَاطِيرُ الأوَّلِينَ}

Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Apakah yang telah diturunkan Tuhanmu?” Mereka menjawab, "Dongengan-dongengan orang-orang dahulu.” (An-Nahl: 24)

Ulama yang lainnya lagi membacanya khuluqul awwalin, yang artinya agama mereka dan tradisi yang biasa mereka lakukan itu adalah kebiasaan orang dahulu dari kalangan nenek moyang mereka. Dengan kata lain, dapat disebutkan bahwa kami mengikuti mereka dan menelusuri jejak mereka; kami hidup sebagaimana mereka hidup, dan kami mati sebagaimana mereka mati, tiada hari berbangkit dan tiada hari akhirat. Karena itulah mereka mengatakan:

{وَمَا نَحْنُ بِمُعَذَّبِينَ}

dan kami sekali-kali tidak akan diazab. (Asy-Syu 'ara': 138)

Ali ibnu AbuTalhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: (agama kami) ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang dahulu. (Asy-Syu'ara': 137) Yaitu agama orang-orang dahulu.

Hal yang sama dikatakan oleh Ikrimah, Ata Al-Khurrasani, Qatadah, dan Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam, lalu dipilih oleh Ibnu Jarir.

****

Firman Allah Swt.:

{فَكَذَّبُوهُ فَأَهْلَكْنَاهُمْ}

Maka mereka mendustakan Hud, lalu Kami binasakan. (Asy-Syu'ara': 139)

Yakni mereka tetap mendustakan Nabi Allah Hud, menentangnya, dan ingkar kepadanya. Maka Allah membinasakan mereka. Mengenai dibinasakan-Nya mereka telah disebutkan di dalam Al-Qur'an bukan hanya pada satu tempat saja, bahwa Allah mengirimkan angin kencang yang dingin lagi kuat. Maka azab inilah yang mengakibatkan kebinasaan mereka, yaitu azab yang sesuai dengan tubuh mereka, karena sesungguhnya mereka adalah makhluk yang paling kejam dan paling sewenang-wenang. Oleh sebab itulah maka Allah menimpakan azab yang lebih kuat dan lebih ganas dari pada mereka. Seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:

{أَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِعَادٍ إِرَمَ ذَاتِ الْعِمَادِ }

Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap kaum 'Ad (yaitu) penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi. (Al-Fajr: 6-7)

Mereka adalah kaum 'Ad yang terdahulu, seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:

{وَأَنَّهُ أَهْلَكَ عَادًا الأولَى}

dan bahwasanya Dia telah membinasakan kaum 'Ad yang pertama. (An-Najm: 50)

Mereka adalah keturunan Iram ibnu Sam ibnu Nuh.

{ذَاتِ الْعِمَادِ}

yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi. (Al-Fajr: 7)

Mereka adalah orang-orang yang mendiami bangunan-bangunan yang tinggi. Pendapat orang yang mengatakan bahwa Iram adalah nama sebuah kota, sesungguhnya ia mengambil sumber dari kisah Israiliyat, yaitu dari perkataan Ka'b dan Wahb. Pendapat seperti itu tidak mempunyai sumber yang asli. Karena itulah disebutkan dalam firman selanjutnya:

{الَّتِي لَمْ يُخْلَقْ مِثْلُهَا فِي الْبِلادِ}

yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu, di negeri-negeri lain. (Al-Fajr: 8)

Yakni belum pernah diciptakan makhluk seperti mereka dalam hal kekuatan, kekerasan, dan kesewenang-wenangannya. Seandainya yang dimaksud dengan Iram adalah nama sebuah kota, tentulah ayat tidak menyebutkannya lam yukhlaq (yang belum pernah diciptakan makhluk seperti mereka), melainkan lam yubna (yang belum pernah dibangun suatu kota seperti itu). Allah Swt. telah berfirman:

{فَأَمَّا عَادٌ فَاسْتَكْبَرُوا فِي الأرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَقَالُوا مَنْ أَشَدُّ مِنَّا قُوَّةً أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّ اللَّهَ الَّذِي خَلَقَهُمْ هُوَ أَشَدُّ مِنْهُمْ قُوَّةً وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يَجْحَدُونَ}

Adapun kaum 'Ad, maka mereka menyombongkan diri di muka bumi tanpa alasan yang benar dan berkata, 'Siapakah yang lebih besar kekuatannya daripada kami?” Dan apakah mereka itu tidak memperhatikan bahwa Allah yang menciptakan mereka adalah lebih besar kekuatan-Nya daripada mereka? Dan adalah mereka mengingkari tanda-tanda (kekuasaan) Kami. (Fussilat: 15)

Dalam pembahasan terdahulu telah kami sebutkan bahwa Allah tidak mengirimkan angin kencang atas mereka kecuali hanya sebentar. Angin itu menerjang perbendaharaan mereka, dan Allah memerintahkan kepada angin tersebut untuk menghancurkan mereka. Lalu angin itu memorak-porandakan negeri mereka dan segala sesuatu milik mereka, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

{تُدَمِّرُ كُلَّ شَيْءٍ بِأَمْرِ رَبِّهَا}

yang menghancurkan segala sesuatu dengan perintah Tuhannya. (Al-Ahqaf: 25), hingga akhir ayat.

Dan firman Allah Swt.:

{وَأَمَّا عَادٌ فَأُهْلِكُوا بِرِيحٍ صَرْصَرٍ عَاتِيَةٍ}

Adapun kaum 'Ad, maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi amat kencang. (Al-Haqqah: 6)

sampai dengan firman-Nya:

{فَتَرَى الْقَوْمَ فِيهَا صَرْعَى كَأَنَّهُمْ أَعْجَازُ نَخْلٍ خَاوِيَةٍ}

terus-menerus; maka kamu lihat kaum 'Ad pada waktu itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul-tunggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk). (Al-Haqqah: 7)

Yakni tinggal tubuh mereka tanpa kepala. Demikian itu karena angin kencang itu menerbangkan setiap orang dari mereka dan membunuhnya, lalu menerbangkannya ke udara, kemudian menjatuhkannya dalam keadaan kepala di bawah sehingga kepalanya hancur, dan angin itu menjatuhkannya seakan-akan mereka seperti tunggul-tunggul pohon kurma yang telah lapuk. Padahal mereka berlindung di dalam bukit-bukit dan gua-gua serta tempat-tempat perlindungan berupa parit-parit yang mereka gali sampai tubuh mereka tidak kelihatan, tetapi hal tersebut tidak dapat memberikan manfaat sedikit pun kepada mereka dari azab Allah.

{إِنَّ أَجَلَ اللَّهِ إِذَا جَاءَ لَا يُؤَخَّرُ}

Sesungguhnya ketetapan Allah apabila telah datang tidak dapat ditangguhkan. (Nuh: 4)

Karena itulah Allah Swt. menyebutkan dalam surat ini melalui firman-Nya:

{فَكَذَّبُوهُ فَأَهْلَكْنَاهُمْ}

Maka mereka mendustakan Hud, lalu Kami binasakan mereka. (Asy-Syu'ara': 139)

26 Tafsir Surat Asy-Syu`araa` Ayat 141-145, Tafsir Ibnu Katsir Terlengkap

9:21 AM Add Comment


Asy-Syu'ara', ayat 141-145

{كَذَّبَتْ ثَمُودُ الْمُرْسَلِينَ (141) إِذْ قَالَ لَهُمْ أَخُوهُمْ صَالِحٌ أَلا تَتَّقُونَ (142) إِنِّي لَكُمْ رَسُولٌ أَمِينٌ (143) فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَطِيعُونِ (144) وَمَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ أَجْرٍ إِنْ أَجْرِيَ إِلا عَلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ (145) }

Kaum Samud telah mendustakan rasul-rasul. Ketika saudara mereka Saleh berkata kepada mereka, "Mengapa kamu tidak bertakwa? Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepada kalian, maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepada kalian atas ajakan itu, upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam.”

Berikut ini adalah kisah dari Allah Swt. tentang hamba dan Rasul-Nya Saleh a.s., bahwa Dia telah mengutusnya kepada kaumnya, yaitu Samud. Kaum Samud adalah bangsa Arab yang bertempat tinggal di kota Hajar yang terletak di antara Lembah Qura dan negeri Syam. Bekas tempat tinggal mereka telah dikenal dan termasyhur. Dalam pembahasan terdahulu (yaitu dalam tafsir surat Al-A'raf) telah disebutkan hadis-hadis yang menceritakan tentang berlalunya Rasulullah Saw. di bekas tempat kediaman mereka pada saat beliau hendak menyerang negeri Syam. Beliau sampai di Tabuk, kemudian kembali lagi ke Madinah untuk melakukan persiapan guna menghadapi tujuan tersebut. Kaum Samud adalah kaum sesudah kaum 'Ad, tetapi sebelum masa Nabi Ibrahim a.s.

Nabi mereka (yaitu Saleh a.s.) menyeru mereka untuk menyembah Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya; dan hendaknya mereka menaati apa yang dia sampaikan kepada mereka sebagai risalah dari Tuhannya. Akan tetapi, mereka menolak dan mendustakannya serta menentangnya, sekalipun dia telah menceritakan kepada mereka bahwa dia tidak meminta upah dari mereka atas seruan yang ia berikan kepada mereka; sesungguh­nya ia hanya mengharapkan pahala tersebut dari Allah Swt. semata. Lalu Saleh mengingatkan kepada mereka akan nikmat-nikmat Allah yang telah diberikan kepada mereka. Untuk itu Saleh mengatakan:

26 Tafsir Surat Asy-Syu`araa` Ayat 146-152, Tafsir Ibnu Katsir Terlengkap

9:18 AM Add Comment


Asy-Syu'ara', ayat 146-152

{أَتُتْرَكُونَ فِي مَا هَا هُنَا آمِنِينَ (146) فِي جَنَّاتٍ وَعُيُونٍ (147) وَزُرُوعٍ وَنَخْلٍ طَلْعُهَا هَضِيمٌ (148) وَتَنْحِتُونَ مِنَ الْجِبَالِ بُيُوتًا فَارِهِينَ (149) فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَطِيعُونِ (150) وَلا تُطِيعُوا أَمْرَ الْمُسْرِفِينَ (151) الَّذِينَ يُفْسِدُونَ فِي الأرْضِ وَلا يُصْلِحُونَ (152) }

Adakah kalian akan dibiarkan tinggal di sini (di negeri kalian ini) dengan aman, di dalam kebun-kebun serta mata air, dan tanam-tanaman dan pohon-pohon kurma yang mayangnya lembut. Dan kalian pahat sebagian dari gunung-gunung untuk dijadikan rumah-rumah dengan rajin; maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku; dan janganlah kalian menaati perintah orang-orang yang melewati batas, yang membuat kerusakan di muka bumi dan tidak mengadakan perbaikan.”

Nabi Saleh berkata kepada mereka seraya menasehati dan memperingat­kan mereka akan siksaan Allah yang akan menimpa mereka, sekaligus mengingatkan mereka akan nikmat-nikmat Allah yang telah diberikan kepada mereka melalui rezeki yang berlimpah, dan Allah menjadikan mereka aman dari bahaya, ditumbuhkan-Nyalah bagi mereka kebun-kebun, dan dialirkan-Nya bagi mereka mata air-mata air, serta dikeluar-kan-Nyalah bagi mereka tanam-tanaman dan buah-buahan. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:

{وَنَخْلٍ طَلْعُهَا هَضِيمٌ}

dan pohon-pohon kurma yang mayangnya lembut. (Asy-Syu'ara': 148)

Al-Aufi meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa yang dimaksud dengan Hadim ialah mekar dan masak.

Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: dan pohon-pohon kurma yang mayangnya lembut. (Asy-Syu'ara': 148) Yakni yang subur.

Ismail ibnu Abu Khalid telah meriwayatkan dari Amr ibnu Abu Amr —yang menjumpai masa sahabat— dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: dan pohon-pohon kurma yang mayangnya lembut. (Asy-Syu'ara': 148) Yaitu bila telah masak dan bergayutan; diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim. Kemudian Abu Hatim mengatakan, telah diriwayatkan hal yang semisal dari Abu Saleh.

Abu Ishaq telah meriwayatkan dari Abul Ala sehubungan dengan makna firman-Nya: dan pohon-pohon kurma yang mayangnya lembut. (Asy-Syu'ara': 148) Maksudnya, mayang kurma yang berekor (karena isinya yang banyak).

Mujahid mengatakan bahwa hadim ialah bila kering banyak buahnya sehingga berserakan.

Ibnu Juraij mengatakan, ia pernah mendengar Abdul Karim mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Umayyah yang telah mengatakan bahwa ia pernah mendengar Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan pohon-pohon kurma yang mayangnya lembut. (Asy-Syu'ara': 148) Yakni saat mayang tersebut muncul mengatup dan menutupi buahnya, maka buahnya yang masih basah itu dinamakan hadim. Sedangkan kurma yang kering bila terkatup oleh mayangnya, maka buahnya yang kering itu dinamakan hasyim.

Ikrimah mengatakan —demikian pula Qatadah— bahwa hadim artinya buah kurma yang lembut. Ad-Dahhak mengatakan bahwa apabila tandan kurma banyak buahnya sehingga buahnya sebagian di antaranya bertumpang tindih dengan sebagian yang lain, maka dinamakan hadim. Murrah mengatakan bahwa hadim ialah mayang kurma saat mekar dan kelihatan hijau (yakni subur buahnya).

Al-Hasan Al-Basri mengatakan, hadim ialah buah kurma yang tidak ada bijinya.

Abu Sakhr mengatakan, "Manakala engkau melihat mayang kurma mekar, lalu engkau lihat buahnya bersusun-susun, maka itulah yang dinamakan hadim.

*****

Firman Allah Swt.:

{وَتَنْحِتُونَ مِنَ الْجِبَالِ بُيُوتًا فَارِهِينَ}

Dan kamu pahat sebagian dari gunung-gunung untuk dijadikan rumah-rumah dengan rajin. (Asy-Syu'ara': 149)

Ibnu Abbas dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang mengatakan bahwa farihin artinya dengan cerdik. Tetapi menurut riwayat lain yang juga bersumber dari Ibnu Abbas, artinya tamak lagi jahat. Pendapat yang terakhir inilah yang dipilih oleh Mujahid dan sejumlah ulama. Tidak ada pertentangan di antara kedua pendapat tersebut, karena sesungguhnya mereka membuat rumah-rumah pahatan di gunung-gunung itu dengan tujuan kesombongan, ketamakan, dan main-main, bukan karena keperluan untuk tempat tinggal. Dan mereka adalah Orang-orang yang ahli dalam hal pahat-memahat seperti yang dapat disaksikan dari bekas peninggalan mereka. Karena itulah nabi mereka berkata kepada mereka:

{فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَطِيعُونِ}

maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. (Asy-Syu'ara': 150)

Yaitu terimalah apa yang manfaatnya kembali kepada kalian di dunia dan di akhirat ini, yaitu menyembah Tuhan kalian yang telah menciptakan dan memberi rezeki kalian. Maksudnya, sembahlah Allah dan esakanlah Dia serta bertasbihlah kepada-Nya setiap pagi dan petang.

{وَلا تُطِيعُوا أَمْرَ الْمُسْرِفِينَ * الَّذِينَ يُفْسِدُونَ فِي الأرْضِ وَلا يُصْلِحُونَ}

dan janganlah kamu menaati perintah orang-orang yang melewati batas, yang membuat kerusakan di muka bumi dan tidak mengadakan perbaikan. (Asy-Syu'ara': 151-152)

Yakni para pemimpin dan para pembesar mereka yang menyeru mereka untuk berbuat kemusyrikan, kekufuran, dan menentang kebenaran.

26 Tafsir Surat Asy-Syu`araa` Ayat 153-159, Tafsir Ibnu Katsir Terlengkap

9:16 AM Add Comment


Asy-Syu'ara', ayat 153-159

{قَالُوا إِنَّمَا أَنْتَ مِنَ الْمُسَحَّرِينَ (153) مَا أَنْتَ إِلا بَشَرٌ مِثْلُنَا فَأْتِ بِآيَةٍ إِنْ كُنْتَ مِنَ الصَّادِقِينَ (154) قَالَ هَذِهِ نَاقَةٌ لَهَا شِرْبٌ وَلَكُمْ شِرْبُ يَوْمٍ مَعْلُومٍ (155) وَلا تَمَسُّوهَا بِسُوءٍ فَيَأْخُذَكُمْ عَذَابُ يَوْمٍ عَظِيمٍ (156) فَعَقَرُوهَا فَأَصْبَحُوا نَادِمِينَ (157) فَأَخَذَهُمُ الْعَذَابُ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَةً وَمَا كَانَ أَكْثَرُهُمْ مُؤْمِنِينَ (158) وَإِنَّ رَبَّكَ لَهُوَ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ (159) }

Mereka berkata, "Sesungguhnya kamu adalah salah seorang dari orang-orang yang kena sihir. Kamu tidak lain melainkan seorang manusia seperti kami, maka datangkanlah semua mukjizat, jika kamu memang termasuk orang-orang yang benar.” Saleh menjawab, "Ini seekor unta betina, ia mempunyai giliran untuk mendapatkan air, dan kalian mempunyai giliran pula untuk mendapatkan air di hari yang tertentu. Dan janganlah kalian sentuh unta betina itu dengan sesuatu kejahatan, yang menyebabkan kalian akan ditimpa oleh azab yang besar.” Kemudian mereka membunuhnya, lalu mereka menjadi menyesal, maka mereka ditimpa azab. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat bukti yang nyata. Dan adalah kebanyakan mereka tidak beriman. Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Dialah Yang Mahaperkasa lagi Maha Penyayang.

Allah menceritakan tentang kaum Samud dalam jawaban mereka kepada nabi mereka Saleh a.s. ketika Saleh a.s. menyeru mereka menyembah Tuhan mereka;

{قَالُوا إِنَّمَا أَنْتَ مِنَ الْمُسَحَّرِينَ}

Sesungguhnya kamu adalah salah seorang dari orang-orang yang kena sihir. (Asy-Syu'ara': 153)

Mujahid dan Qatadah mengatakan, mereka bermaksud bahwa Saleh termasuk orang yang terkena sihir.

Abu Saleh telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: salah seorang dari orang-orang yang kena sihir.(AsyrSyu'ara': 153) Bahwa makna musahharin ialah salah seorang makhluk biasa. Sebagian di antara mereka ada yang memakai dalil untuk memperkuat pendapatnya ini dengan perkataan salah seorang penyair:

فَإِنْ تَسْأَلِينَا: فِيمَ نَحْنُ؟ فَإِنَّنَا ... عَصَافِيرُ مِنْ هَذَا الْأَنَامِ الْمُسَحَّرِ

Maka jika engkau bertanya tentang apa yang kami alami, sesungguhnya kami ini makhluk yang kecil lagi lemah, yang diberi paru-paru.

Yakni orang-orang yang mempunyai paru-paru, diambil dari kata as-sahar yang artinya paru-paru. Akan tetapi, pendapat yang kuat sehubungan dengan makna ini adalah pendapat yang dikatakan oleh Mujahid dan Qatadah. Disebutkan bahwa mereka mengatakan, "Sesungguhnya perkataan yang kamu ucapkan ini tiada lain menunjukkan engkau adalah orang yang terkena sihir," yakni dalam keadaan tidak sadar. Selanjutnya mereka mengatakan:

{مَا أَنْتَ إِلا بَشَرٌ مِثْلُنَا}

Kamu tidak lain hanyalah seorang manusia seperti kami. (Asy-Syu'ara': 154)

Maksudnya, mana mungkin kamu diberi wahyu, sedangkan kami tidak. Seperti juga yang diceritakan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

{أَؤُلْقِيَ الذِّكْرُ عَلَيْهِ مِنْ بَيْنِنَا بَلْ هُوَ كَذَّابٌ أَشِرٌ * سَيَعْلَمُونَ غَدًا مَنِ الْكَذَّابُ الأشِرُ}

Apakah wahyu itu diturunkan kepadanya di antara kita? Sebenarnya dia adalah seorang yang amat pendusta lagi sombong. Kelak mereka akan mengetahui siapakah yang sebenarnya amat pendusta lagi sombong. (Al-Qamar: 25-26)

Kemudian mereka meminta kepada Saleh a.s. agar mendatangkan suatu mukjizat kepada mereka sebagai tanda yang membenarkan kerasulan­nya, agar mereka mengetahui kebenaran dari apa yang disampaikannya dari Tuhan mereka. Orang-orang terkemuka mereka berkumpul dan meminta kepada Nabi Saleh agar mengeluarkan seekor unta betina yang telah beranak dari sebuah batu besar saat itu juga, sedangkan batu besar itu telah ditunjuk oleh mereka yang mempunyai ciri khas anu dan anu.

Maka pada saat itu juga Nabi Saleh mengambil janji dan ikrar dari mereka, bahwa sesungguhnya dia sanggup memenuhi permintaan mereka, tetapi mereka sungguh akan beriman kepadanya dan mengikutinya, lalu mereka setuju dengan syarat itu.

Nabi Saleh a.s. berdiri, lalu melakukan salat. Sesudah itu ia berdoa kepada Allah, memohon agar Dia mengabulkan permintaan mereka. Maka terbelahlah batu besar itu yang ditunjuk oleh mereka, dan keluarlah darinya seekor unta betina yang telah beranak menurut spesifikasi yang mereka minta. Maka sebagian dari mereka beriman, sedangkan kebanyakan dari mereka ingkar.

{قَالَ هَذِهِ نَاقَةٌ لَهَا شِرْبٌ وَلَكُمْ شِرْبُ يَوْمٍ مَعْلُومٍ}

Saleh menjawab, "Ini seekor unta betina, ia mempunyai giliran untuk mendapatkan air, dan kalian mempunyai giliran pula untuk mendapatkan air di hari yang tertentu.”(Asy-Syu'ara': 155)

Yakni unta betina ini mendapat giliran minumnya satu hari, sedangkan pada hari berikutnya adalah giliran minum kalian.

{وَلا تَمَسُّوهَا بِسُوءٍ فَيَأْخُذَكُمْ عَذَابُ يَوْمٍ عَظِيمٍ}

Dan janganlah kalian sentuh unta betina ini dengan sesuatu kejahatan, yang menyebabkan kalian akan ditimpa oleh azab hari yangbesar. (Asy-Syu'ara': 156)

Nabi Saleh memperingatkan mereka akan pembalasan Allah jika mereka berani mengganggu unta betina tersebut. Unta itu tinggal di kalangan mereka selama beberapa lama; unta itu mendapat giliran minumnya seperti biasanya, dan ia makan dedaunan serta rerumputan, sedangkan mereka dapat mengambil manfaat air susunya yang mereka perah dari unta itu dalam jumlah yang cukup buat mereka minum.

Setelah hal itu berlangsung cukup lama di kalangan mereka, lalu muncullah orang-orang yang celaka di antara mereka, selanjutnya orang-orang celaka itu membuat kesepakatan untuk membunuh dan me­nyembelih unta betina tersebut.

{فَعَقَرُوهَا فَأَصْبَحُوا نَادِمِينَ * فَأَخَذَهُمُ الْعَذَابُ}

Kemudian mereka membunuhnya, lalu mereka menjadi menyesal, maka mereka ditimpa azab. (Asy-Syu'ara': 157-158)

Azab tersebut berupa gempa hebat yang menimpa tanah tempat mereka tinggal, lalu mereka ditimpa suatu teriakan mengguntur yang membuat hati manusia copot dari tempatnya. Mereka kedatangan azab dari arah yang tidak mereka duga-duga, sehingga jadilah mereka mati ber­gelimpangan di tempat tinggal mereka.

{إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَةً وَمَا كَانَ أَكْثَرُهُمْ مُؤْمِنِينَ * وَإِنَّ رَبَّكَ لَهُوَ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ}

Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat bukti yang nyata. Dan adalah kebanyakan mereka tidak beriman. Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Dialah Yang Mahaperkasa lagi Maha Penyayang. (Asy-Syu'ara': 158-159)

26 Tafsir Surat Asy-Syu`araa` Ayat 160-164, Tafsir Ibnu Katsir Terlengkap

9:15 AM Add Comment


Asy-Syu'ara', ayat 160-164

{كَذَّبَتْ قَوْمُ لُوطٍ الْمُرْسَلِينَ (160) إِذْ قَالَ لَهُمْ أَخُوهُمْ لُوطٌ أَلا تَتَّقُونَ (161) إِنِّي لَكُمْ رَسُولٌ أَمِينٌ (162) فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَطِيعُونِ (163) وَمَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ أَجْرٍ إِنْ أَجْرِيَ إِلا عَلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ (164) }

Kaum Lut mendustakan rasul-rasul, ketika saudara mereka Lut berkata kepada mereka, "Mengapa kalian tidak bertakwa? Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepada kalian, maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepada kalian atas ajakan itu; upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam.

Allah Swt. menceritakan tentang hamba dan Rasul-Nya Lut a.s. Dia adalah Lut ibnu Haran ibnu Azar yang berarti dia adalah keponakan Nabi Ibrahim a.s. Allah mengutusnya kepada suatu kaum yang besar di masa Nabi Ibrahim a.s. masih hidup; mereka tinggal di Sadom dan kota-kota yang ada di sekitarnya yang dibinasakan oleh Allah, lalu Allah mengubah bekas tempat tinggal mereka menjadi danau yang baunya busuk lagi kotor. Letaknya adalah di negeri Al-Gaur yang bersebelahan dengan bukit-bukit Baitul Maqdis, juga bersebelahan dengan negeri Al-Kark dan Asy-Syawik.

Nabi Lut menyeru mereka untuk menyembah Allah semata, tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun, dan hendaknya mereka taat kepada rasul mereka yang diutus oleh Allah kepada mereka. Nabi mereka melarang mereka melakukan perbuatan durhaka kepada Allah dan melarang melakukan perbuatan yang belum pernah ada seorang pun di dunia ini berani melakukannya selain mereka, yaitu menggauli laki-laki, bukan wanita. Karena itulah disebutkan oleh firman selanjutnya:

26 Tafsir Surat Asy-Syu`araa` Ayat 165-175, Tafsir Ibnu Katsir Terlengkap

9:14 AM Add Comment


Asy-Syu'ara', ayat 165-175

{أَتَأْتُونَ الذُّكْرَانَ مِنَ الْعَالَمِينَ (165) وَتَذَرُونَ مَا خَلَقَ لَكُمْ رَبُّكُمْ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ بَلْ أَنْتُمْ قَوْمٌ عَادُونَ (166) قَالُوا لَئِنْ لَمْ تَنْتَهِ يَا لُوطُ لَتَكُونَنَّ مِنَ الْمُخْرَجِينَ (167) قَالَ إِنِّي لِعَمَلِكُمْ مِنَ الْقَالِينَ (168) رَبِّ نَجِّنِي وَأَهْلِي مِمَّا يَعْمَلُونَ (169) فَنَجَّيْنَاهُ وَأَهْلَهُ أَجْمَعِينَ (170) إِلا عَجُوزًا فِي الْغَابِرِينَ (171) ثُمَّ دَمَّرْنَا الآخَرِينَ (172) وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهِمْ مَطَرًا فَسَاءَ مَطَرُ الْمُنْذَرِينَ (173) إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَةً وَمَا كَانَ أَكْثَرُهُمْ مُؤْمِنِينَ (174) وَإِنَّ رَبَّكَ لَهُوَ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ (175) }

"Mengapa kalian mendatangi jenis lelaki di antara manusia, dan kalian tinggalkan istri-istri yang dijadikan oleh Tuhan kalian untuk kalian, bahwa kalian adalah orang-orang yang melampaui batas.” Mereka menjawab, "Hai Lut, sesungguhnya jika kamu tidak berhenti, benar-benar kamu termasuk orang-orang yang diusir.” Lut berkata, "Sesungguhnya aku sangat benci kepada perbuatan kalian.” (Lut berdoa), "Ya Tuhanku, selamatkanlah aku beserta keluargaku dari (akibat) perbuatan yang mereka kerjakan.” Lalu Kami selamatkan ia beserta keluarganya semua, kecuali seorang perempuan tua (istrinya), yang termasuk dalam golongan yang tinggal. Kemudian Kami binasakan yang lain. Dan Kami hujani mereka dengan hujan (batu), maka amat jeleklah hujan yang menimpa orang-orang yang telah diberi peringatan itu. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat bukti-bukti yang nyata. Dan adalah kebanyakan mereka tidak beriman. Dan sesungguhnya Tuhanmu, benar-benar Dialah Yang Mahaperkasa lagi Maha Penyayang.

Setelah Nabi Lut melarang mereka melakukan perbuatan fahisyah dan menggauli laki-laki, seraya memberi petunjuk kepada mereka untuk mendatangi kaum wanita yang telah diciptakan oleh Allah buat mereka, maka tiada lain jawaban mereka adalah seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:

{لَئِنْ لَمْ تَنْتَهِ يَا لُوطُ}

Sesungguhnya jika kamu tidak berhenti, hai Lut. (Asy-Syu'ara': 167)

Yakni dari apa yang kamu datangkan kepada kami itu.

{لَتَكُونَنَّ مِنَ الْمُخْرَجِينَ}

benar-benar kamu termasuk orang-orang yang diusir. (Asy-Syu'ara': 167)

Maksudnya, kami akan membuangmu jauh dari kami. Seperti yang diceritakan pula dalam ayat lain melalui firman-Nya:

فَمَا كَانَ جَوَابَ قَوْمِهِ إِلَّا أَنْ قَالُوا أَخْرِجُوا آلَ لُوطٍ مِنْ قَرْيَتِكُمْ إِنَّهُمْ أُنَاسٌ يَتَطَهَّرُونَ

Maka tidak lain jawaban kaumnya melainkan mengatakan, “Usirlah Lut beserta keluarganya dari negeri kalian, karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang (mendakwakan) dirinya bersih.” (An-Naml: 56)

Setelah Nabi Lut melihat bahwa mereka tidak juga kapok dari kebiasaan mereka, bahkan mereka semakin gencar dalam kesesatannya, maka Lut berlepas diri dari mereka seraya berkata:

{قَالَ إِنِّي لِعَمَلِكُمْ مِنَ الْقَالِينَ}

Sesungguhnya aku sangat benci kepada perbuatan kalian. (Asy-Syu'ara': 168)

Yaitu tidak menyukainya dan tidak pula merestuinya dan sesungguhnya aku berlepas diri dari perbuatan kalian. Kemudian Nabi Lut berdoa kepada Allah untuk kebinasaan mereka, seperti yang disitir oleh firman-Nya:

{رَبِّ نَجِّنِي وَأَهْلِي مِمَّا يَعْمَلُونَ}

Ya Tuhanku, selamatkanlah aku beserta keluargaku dari (akibat) perbuatan yang mereka kerjakan. (Asy-Syu'ara': 169)

Adapun firman Allah Swt.:

{فَنَجَّيْنَاهُ وَأَهْلَهُ أَجْمَعِينَ}

Lalu Kami selamatkan Lut beserta keluarganya semua. (Asy-Syu'ara': 170)

Yakni seluruh keluarganya,

{إِلا عَجُوزًا فِي الْغَابِرِينَ}

kecuali seorang perempuan tua yang termasuk dalam golongan yang tinggal. (Asy-Syu'ara': 171)

Dia adalah istri Lut sendiri yang sudah berusia tua lagi berwatak jahat. Ia tinggal dan akhirnya binasa bersama orang-orang dari kaumnya yang tinggal. Hal yang sama telah disebutkan pula dalam surat Al-A'raf, surat Hud, dan surat Al-Hijr, yaitu ketika Allah memerintahkan kepada Lut agar berangkat membawa keluarganya di malam hari kecuali istrinya. Mereka tidak ada yang menoleh ke belakang manakala mereka mendengar suara mengguntur yang menimpa kaumnya. Dan mereka bersabar menaati perintah Allah, lalu mereka meneruskan langkah-langkahnya. Allah menurunkan azab yang menimpa kaum yang berdosa itu secara keseluruhan; Allah menghujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:

{ثُمَّ دَمَّرْنَا الآخَرِينَ. وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهِمْ مَطَرًا}

Kemudian Kami binasakan yang lain. Dan Kami hujani mereka dengan hujan (batu). (Asy-Syu'ara': 172-173)

sampai dengan firman-Nya:

وَإِنَّ رَبَّكَ لَهُوَ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ

Dan sesungguhnya Tuhanmu, benar-benar Dialah Yang Mahaperkasa lagi Maha Penyayang. (Asy-Syu'ara": 175)

26 Tafsir Surat Asy-Syu`araa` Ayat 176-180, Tafsir Ibnu Katsir Terlengkap

9:12 AM Add Comment


Asy-Syu'ara', ayat 176-180

{كَذَّبَ أَصْحَابُ الأيْكَةِ الْمُرْسَلِينَ (176) إِذْ قَالَ لَهُمْ شُعَيْبٌ أَلا تَتَّقُونَ (177) إِنِّي لَكُمْ رَسُولٌ أَمِينٌ (178) فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَطِيعُونِ (179) وَمَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ أَجْرٍ إِنْ أَجْرِيَ إِلا عَلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ (180) }

 Penduduk Aikah telah mendustakan rasul-rasul; ketika Syu’aib berkata kepada mereka, "Mengapa kalian tidak bertakwa? Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepada kalian, maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku; dan aku sekali-kali tidak minta upah kepada kalian atas ajakan itu; upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam.

Menurut pendapat yang sahih, mereka (penduduk Aikah) tinggal di negeri Madyan. Nabi Allah Syu'aib adalah salah seorang dari mereka, dan sesungguhnya di sini tidak disebutkan 'saudara mereka' tiada lain karena mereka dinisbatkan kepada Aikah, nama sebuah pohon yang menjadi sembahan mereka. Menurut suatu pendapat, Aikah adalah sebuah pohon yang rindang dedaunannya sama dengan pohon gaidah; mereka menyembah pohon tersebut. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya: Penduduk Aikah telah mendustakan rasul-rasul. (Asy-Syu'ara': 176)

Dalam ayat selanjutnya tidak disebutkan saudara mereka Syu'aib (seperti pada nabi lainnya yang telah disebutkan di atas), melainkan disebutkan oleh firman-Nya:

{إِذْ قَالَ لَهُمْ شُعَيْبٌ}

ketika Syu'aib berkata kepada mereka. (Asy-Syu'ara': 177)

Hubungan persaudaraan di antara mereka diputuskan karena pengertian nisbat yang menjadi predikat mereka, sekalipun pada kenyataannya Syu'aib adalah saudara mereka secara nasab.

Sebagian ulama tidak menyadari akan adanya makna yang lembut ini, sehingga ia menduga bahwa penduduk Aikah bukan penduduk Madyan. Lalu ia menduga bahwa Syu'aib a.s. diutus oleh Allah kepada dua umat. Di antara ulama ada pula yang mengatakannya kepada tiga umat.

Ishaq ibnu Bisyar Al-Kahili yang berpredikat daif mengatakan telah menceritakan kepadaku Ibnus Saddi, dari ayahnya dari Zakaria ibnu Amr, dari Khasif, dari Ikrimah. Keduanya mengatakan bahwa Allah belum pernah mengutus seorang nabi dua kali kecuali Syu'aib, yang pertama kali ke negeri Madyan, lalu Allah mengazab penduduknya dengan pekikan yang mengguntur. Yang kedua kalinya ke penduduk negeri Aikah, dan penduduk negeri Aikah ini pada akhirnya diazab Allah dengan suatu azab di hari yang penuh dengan awan.

Abul Qasim Al-Bagawi telah meriwayatkan dari Hudbah, dari Hammam, dari Qatadah sehubungan dengan makna firman-Nya: dan penduduk Rass. (Al-Furqan: 38) Bahwa mereka adalah kaumnya Nabi Syu'aib. Dan Firman Allah Swt.: dan penduduk Aikah. (Asy-Syu'ara': 176) Bahwa mereka adalah kaum Nabi Syu'aib pula.

Pendapat ini dikatakan oleh Ishaq ibnu Bisyr. Selain Juwaibir mengatakan bahwa penduduk Aikah dan Madyan adalah sama. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.

وَقَدْ رَوَى الْحَافِظُ ابْنُ عَسَاكِرَ فِي تَرْجَمَةِ "شُعَيْبٍ"، مِنْ طَرِيقِ مُحَمَّدِ بْنِ عُثْمَانَ بْنِ أَبِي شَيْبَةَ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ مُعَاوِيَةُ بْنُ هِشَامٍ، عَنْ هِشَامِ بْنِ سَعْدٍ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي هِلَالٍ، عَنْ رَبِيعَةَ بْنِ سَيْفٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ قَوْمَ مَدْيَنَ وَأَصْحَابَ الْأَيْكَةِ أُمَّتَانِ، بَعَثَ اللَّهُ إِلَيْهِمَا شُعَيْبًا النَّبِيَّ، عَلَيْهِ السَّلَامُ"

Al-Hafiz ibnu Asakir telah meriwayatkan di dalam biografi Syu'aib melalui jalur Muhammad ibnu Usman ibnu Abu Syaibah, dari ayahnya, dari Mu'awiyah ibnu Hisyam, dari Hisyam ibnu Sa'id, dari Sa'id ibnu Abu Hilal, dari Rabi'ah ibnu Saif, dari Abdullah ibnu Amr yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Sesungguhnya kaum Madyan dan penduduk Aikah adalah dua umat, Allah telah mengutus kepada kedua umat tersebut Nabi Syu’aib a.s.

Hadis ini garib dan dipandang dari segi predikat marfu'-nya masih diragukan, tetapi yang lebih mendekati kebenaran hadis ini berpredikat mauquf. Menurut pendapat yang benar, mereka adalah satu umat, tetapi mempunyai dua sebutan nama disesuaikan dengan konteksnya. Karena itulah Nabi Syu'aib memerintahkan kepada mereka agar menunaikan takaran dan timbangan secara penuh (yakni tidak boleh dikurangi), sama halnya dengan apa yang disebutkan dalam kisah penduduk Madyan. Hal ini menunjukkan bahwa keduanya merupakan satu umat.

26 Tafsir Surat Asy-Syu`araa` Ayat 181-184, Tafsir Ibnu Katsir Terlengkap

9:10 AM Add Comment


Asy-Syu'ara', ayat 181-184

أَوْفُوا الْكَيْلَ وَلَا تَكُونُوا مِنَ الْمُخْسِرِينَ (181) وَزِنُوا بِالْقِسْطَاسِ الْمُسْتَقِيمِ (182) وَلَا تَبْخَسُوا النَّاسَ أَشْيَاءَهُمْ وَلَا تَعْثَوْا فِي الْأَرْضِ مُفْسِدِينَ (183)وَاتَّقُوا الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالْجِبِلَّةَ الْأَوَّلِينَ (184)

Sempurnakanlah takaran dan janganlah kalian termasuk orang-orang yang merugikan; dan timbanglah dengan timbangan yang lurus. Dan janganlah kalian merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kalian merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan; dan bertakwalah kepada Allah yang telah menciptakan kalian dan umat-umat yang dahulu.

Nabi Syu'aib memerintahkan kepada mereka agar menyempurnakan takaran dan timbangan, dan melarang mereka melihat (mengurangi) takaran dan timbangan. Untuk itu ia mengatakan:

{أَوْفُوا الْكَيْلَ وَلا تَكُونُوا مِنَ الْمُخْسِرِينَ}

Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang merugikan. (Asy-Syu'ara': 181)

Yakni bila kalian membayar kepada orang lain, maka sempurnakanlah takaran mereka dan janganlah kalian mengurangi takaran mereka yang menyebabkan kalian serahkan kepada mereka pembayaran yang kurang. Tetapi bila kalian mengambil dari mereka, maka kalian memintanya dalam keadaan sempurna dan cukup. Maka ambillah sebagaimana yang kalian serahkan, dan serahkanlah sebagaimana yang kalian ambil.

{وَزِنُوا بِالْقِسْطَاسِ الْمُسْتَقِيمِ}

dan timbanglah dengan timbangan yang lurus. (Asy-Syu'ara': 182)

Al-qistas artinya timbangan, pendapat yang lain mengatakannya neraca. Sebagian di antara mereka mengatakan bahwa kata qistas ini diarahkan dari bahasa Romawi (Latin). Mujahid mengatakan bahwa Al-qistasul mustaqim artinya neraca yang adil menurut bahasa Romawi. Qatadah mengatakan bahwa qistas artinya adil (seimbang).

****

Firman Allah Swt.:

{وَلا تَبْخَسُوا النَّاسَ أَشْيَاءَهُمْ}

Dan janganlah kalian merugikan manusia pada hak-haknya. (Asy-Syu'ara': 183)

Maksudnya, janganlah kalian mengurangi harta benda mereka.

{وَلا تَعْثَوْا فِي الأرْضِ مُفْسِدِينَ}

dan janganlah kalian merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan. (Asy-Syu'ara': 183)

Yang dimaksud dengan membuat kerusakan ialah membegal orang-orang yang melewati jalan, seperti pengertian yang terdapat di dalam ayat lain melalui firman-Nya:

{وَلا تَقْعُدُوا بِكُلِّ صِرَاطٍ تُوعِدُونَ}

Dan janganlah kalian duduk di tiap-tiap jalan dengan menakut-nakuti. (Al-A'raf: 86)

****

Adapun firman Allah Swt.:

{وَاتَّقُوا الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالْجِبِلَّةَ الأوَّلِينَ}

dan bertakwalah kepada Allah yang telah menciptakan kalian dan umat-umat yang dahulu. (Asy-Syu'ara': 184)

Nabi Syu'aib menakut-nakuti mereka dengan azab Allah yang telah menciptakan mereka dan nenek moyang mereka di masa silam, seperti pengertian yang terdapat di dalam firman Allah Swt. yang menceritakan perkataan Nabi Musa a.s.:

{رَبُّكُمْ وَرَبُّ آبَائِكُمُ الأوَّلِينَ}

Tuhan kalian dan Tuhan bapak-bapak kalian yang terdahulu. (As-Saffat: 126)

Ibnu Abbas, Mujahid, As-Saddi, Sufyan ibnu Uyaynah, dan Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:

{وَالْجِبِلَّةَ الأوَّلِينَ}

dan umat-umat yang terdahulu. (Asy-Syu'ara': 184)

Yakni Yang menciptakan orang-orang dahulu. Ibnu Zaid membaca firman-Nya dengan bacaan berikut:

{وَلَقَدْ أَضَلَّ مِنْكُمْ جِبِلا كَثِيرًا}

Sesungguhnya setan itu telah menyesatkan sebagian besar di antaramu. (Yasin: 62)

26 Tafsir Surat Asy-Syu`araa` Ayat 185-191, Tafsir Ibnu Katsir Terlengkap

9:08 AM Add Comment


Asy-Syu'ara', ayat 185-191

{قَالُوا إِنَّمَا أَنْتَ مِنَ الْمُسَحَّرِينَ (185) وَمَا أَنْتَ إِلا بَشَرٌ مِثْلُنَا وَإِنْ نَظُنُّكَ لَمِنَ الْكَاذِبِينَ (186) فَأَسْقِطْ عَلَيْنَا كِسَفًا مِنَ السَّمَاءِ إِنْ كُنْتَ مِنَ الصَّادِقِينَ (187) قَالَ رَبِّي أَعْلَمُ بِمَا تَعْمَلُونَ (188) فَكَذَّبُوهُ فَأَخَذَهُمْ عَذَابُ يَوْمِ الظُّلَّةِ إِنَّهُ كَانَ عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ (189) إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَةً وَمَا كَانَ أَكْثَرُهُمْ مُؤْمِنِينَ (190) وَإِنَّ رَبَّكَ لَهُوَ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ (191) }

Mereka berkata, "Sesungguhnya kamu adalah salah seorang dari orang-orang yang kena sihir, dan kamu tidak lain melainkan seorang manusia seperti kami, dan sesungguhnya kami yakin bahwa kamu benar-benar termasuk orang-orang yang berdusta. Maka jatuhkanlah atas kami gumpalan dari langit, jika kamu termasuk orang-orang yang benar." Syu'aib berkata, "Tuhanku lebih mengetahui apa yang kalian kerjakan.” Kemudian mereka mendustakan Syu’aib, lalu mereka ditimpa azab pada hari mereka dinaungi awan. Sesungguhnya azab itu adalah azab hari yang besar. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah), tetapi kebanyakan mereka tidak beriman. Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Dialah Yang Mahaperkasa lagi Maha Penyayang.

Allah Swt. menceritakan tentang jawaban kaum Syu'aib terhadap Syu'aib, yaitu jawaban yang sama seperti yang dikatakan oleh kaum Samud kepada rasul mereka, karena hati mereka (yang kafir) itu sama saja. Mereka mengatakan, seperti yang disitir oleh firman-Nya:

{إِنَّمَا أَنْتَ مِنَ الْمُسَحَّرِينَ}

Sesungguhnya kamu adalah salah seorang dari orang-orang yang kena sihir. (Asy-Syu'ara': 185)

Yakni termasuk orang yang terkena sihir, sebagimana yang telah dijelas­kan di atas.

{وَمَا أَنْتَ إِلا بَشَرٌ مِثْلُنَا وَإِنْ نَظُنُّكَ لَمِنَ الْكَاذِبِينَ}

dan kamu tidak lain melainkan seorang manusia seperti kami, dan sesungguhnya kami yakin bahwa kamu benar-benar termasuk orang-orang yang berdusta. (Asy-Syu'ara': 186)

Yaitu sengaja berdusta dalam pengakuanmu itu bukan karena Allah telah mengutusmu kepada kami.

{فَأَسْقِطْ عَلَيْنَا كِسَفًا مِنَ السَّمَاءِ}

Maka jatuhkanlah atas kami gumpalan dari langit. (Asy-Syu'ara': 187)

Ad-Dahhak mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah sisi langit, yakni sebagian darinya. Qatadah mengatakan potongan dari langit. Sedangkan As-Saddi mengatakan azab dari langit. Pengertian ayat ini mirip dengan apa yang dikatakan oleh orang-orang Quraisy, yang disitir oleh firman-Nya:

{وَقَالُوا لَنْ نُؤْمِنَ لَكَ حَتَّى تَفْجُرَ لَنَا مِنَ الأرْضِ يَنْبُوعًا}

Dan mereka berkata, "Kami sekali-kali tidak percaya kepadamu hingga kamu memancarkan mata air dari bumi untuk kami.” (Al-Isra': 90)

sampai dengan firman-Nya:

{أَوْ تُسْقِطَ السَّمَاءَ كَمَا زَعَمْتَ عَلَيْنَا كِسَفًا أَوْ تَأْتِيَ بِاللَّهِ وَالْمَلائِكَةِ قَبِيلا}

"atau kamu jatuhkan langit berkeping-keping atas kami, sebagaimana kamu katakan atau kamu datangkan Allah dan malaikat-malaikat berhadapan muka dengan kami.” (Al-Isra': 92)

Dan firman Allah Swt. yang lainnya, yaitu:

{وَإِذْ قَالُوا اللَّهُمَّ إِنْ كَانَ هَذَا هُوَ الْحَقَّ مِنْ عِنْدِكَ فَأَمْطِرْ عَلَيْنَا حِجَارَةً مِنَ السَّمَاءِ}

Dan (ingatlah), ketika mereka (orang-orang musyrik) berkata, "Ya Allah, jika betul (Al-Qur'an) ini dialah yang benar dari sisi Engkau, maka hujanilah kami dengan batu dari langit" (Al-Anfal: 32), hingga akhir ayat.

Hal yang sama telah dikatakan pula oleh orang-orang kafir yang jahil dalam surat ini:

{فَأَسْقِطْ عَلَيْنَا كِسَفًا مِنَ السَّمَاءِ}

Maka jatuhkanlah atas kami gumpalan dari langit. (Asy-Syu'ara': 187)

****

Adapun firman Allah Swt.:

{قَالَ رَبِّي أَعْلَمُ بِمَا تَعْمَلُونَ}

Syu'aib berkata, "Tuhanku lebih mengetahui apa yang kalian kerjakan." (Asy-Syu'ani': 188)

Nabi Syu'aib menjawab, "Allah lebih mengetahui tentang kalian. Jika kalian berhak mendapatkannya, niscaya Dia akan menimpakannya kepada kalian. Dia tidak akan menganiaya kalian." Dan memang apa yang mereka mintakan itu benar-benar terjadi pada diri mereka sebagai pembalasan yang setimpal dari perbuatan mereka. Karena itulah Allah Swt. menyebutkan dalam firman selanjutnya:

{فَكَذَّبُوهُ فَأَخَذَهُمْ عَذَابُ يَوْمِ الظُّلَّةِ إِنَّهُ كَانَ عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ}

Kemudian mereka mendustakan Syu’aib, lalu mereka ditimpa azab pada hari mereka dinaungi awan. Sesungguhnya azab itu adalah azab hari yang besar. (Asy-Syu'ara': 189)

Azab tersebut termasuk jenis dari apa yang dimintakan oleh mereka, yaitu ditimpakannya gumpalan dari langit kepada mereka. Karena Allah Swt. menjadikan azab yang menimpa mereka berupa panas yang tinggi selama tujuh hari, tiada sesuatu pun yang terlindungi dari panas tersebut. Kemudian datanglah gumpalan awan yang besar menaungi mereka, lalu mereka pergi menuju arah awan itu dengan maksud menaungi diri mereka dengan naungannya dari sengatan panas yang sangat tinggi. Setelah mereka semua kumpul di bawah awan besar itu, maka Allah menurunkan kepada mereka percikan api dari neraka dan luapan api yang sangat besar. Bumi berguncang menggoyahkan mereka, dan mereka ditimpa oleh pekikan yang keras sehingga arwah mereka melayang, lalu binasalah mereka semuanya. Karena itu Allah Swt. berfirman:

{إِنَّهُ كَانَ عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ}

Sesungguhnya azab itu adalah azab hari yang besar. (Asy-Syu'ara': 189)

Allah Swt. menyebutkan gambaran kebinasaan mereka dalam tiga tempat tinggal. Setiap tempat tinggal sesuai dengan teksnya. Di dalam surat Al-A'raf disebutkan bahwa mereka ditimpa gempa, maka jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di tempat tinggal mereka. Demikian itu karena mereka telah mengatakan:

{لَنُخْرِجَنَّكَ يَا شُعَيْبُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَكَ مِنْ قَرْيَتِنَا أَوْ لَتَعُودُنَّ فِي مِلَّتِنَا}

Sesungguhnya kami akan mengusir kamu, hai Syu’aib, dan orang-orang yang beriman bersamamu dari kota kami, atau kamu kembali kepada agama kami. (Al-A'raf: 88)

Mereka menakut-nakuti Nabi Allah Syu'aib dan orang-orang yang mengikutinya, maka mereka ditimpa azab gempa bumi. Dan di dalam surat Hud disebutkan:

{وَأَخَذَتِ الَّذِينَ ظَلَمُوا الصَّيْحَةُ}

dan orang-orang yang zalim dibinasakan oleh satu suara yang mengguntur. (Hud: 94)

Demikian itu karena mereka mengejek Nabi Syu'aib melalui perkataan mereka yang disitir oleh firman-Nya:

{أَصَلاتُكَ تَأْمُرُكَ أَنْ نَتْرُكَ مَا يَعْبُدُ آبَاؤُنَا أَوْ أَنْ نَفْعَلَ فِي أَمْوَالِنَا مَا نَشَاءُ إِنَّكَ لأنْتَ الْحَلِيمُ الرَّشِيدُ}

apakah agamamu yang menyuruh kamu agar kami meninggalkan apa yang disembah oleh bapak-bapak kami atau melarang kami memperbuat apa yang kami kehendaki tentang harta kami. Sesungguhnya kamu adalah orang yang sangat penyantun lagi berakal. (Hud: 87)

Mereka mengatakan demikian dengan nada yang sinis dan mengejek serta sebagai penghinaan, maka sesuailah bila mereka ditimpa oleh pekikan yang mengguntur untuk membungkam mereka. Karena itu, disebutkan oleh firmari-Nya:

{وَأَخَذَتِ الَّذِينَ ظَلَمُوا الصَّيْحَةُ}

dan orang-orang yang zalim dibinasakan oleh satu suara yang mengguntur. (Hud : 94), hingga akhir ayat.

Sedangkan dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:

{فَأَسْقِطْ عَلَيْنَا كِسَفًا مِنَ السَّمَاءِ}

Maka jatuhkanlah atas kami gumpalan dari langit. (Asy-Syu'ara': 187), hingga akhir ayat.

Yakni dengan nada ingkar dan tidak percaya akan terjadinya hal tersebut. Maka sesuailah bila apa yang dianggap oleh mereka mustahil terjadi dikabulkan.

{فَأَخَذَهُمْ عَذَابُ يَوْمِ الظُّلَّةِ إِنَّهُ كَانَ عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ}

lalu mereka ditimpa azab pada hari mereka dinaungi awan. Sesungguh­nya azab itu adalah azab hari yang besar. (Asy-Syu'ara': 189)

Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan bahwa sesungguhnya Allah mengirimkan awan kepada mereka; hingga manakala mereka semua telah berkumpul, maka Allah membuyarkan awan itu dari mereka dan memanggang mereka dengan sinar matahari sehingga terbakarlah mereka sebagaimana udang terbakar di atas penggorengan.

Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi mengatakan bahwa sesungguhnya penduduk Madyan diazab dengan tiga macam azab, yaitu gempa yang menimpa rumah tempat tinggal mereka sehingga mereka keluar darinya. Setelah keluar dari rumahnya masing-masing, mereka tertimpa huru-hara yang sangat keras, lalu mereka lari bercerai-berai dan masuk kembali ke dalam rumah-rumah mereka, dan rumah-rumah mereka runtuh menimpa mereka. Kemudian Allah mengirim awan kepada mereka. Maka masuklah seseorang dari mereka ke bawah naungannya, lalu berkata, "Aku belum pernah merasakan naungan yang segar lagi sejuk seperti hari ini. Maka kemarilah semua, hai orang-orang!" Kemudian mereka semuanya masuk ke bawah naungan awan itu, lalu terjadilah teriakan yang mengguntur sekali teriakan dan mereka semuanya mati karenanya. Lalu Muhammad ibnu Ka'b membaca firman-Nya: lalu mereka ditimpa azab pada hari mereka dinaungi awan. Sesungguhnya azab itu adalah azab hari yang besar. (Asy-Syu'ara': 189)

Muhammad ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Al-Haris, telah menceritakan kepadaku Al-Hasan, telah menceritakan kepadaku Sa'id ibnu Zaid (saudara Hammad ibnu Zaid), telah menceritakan kepada kami Hatim ibnu Abu Sagir, telah menceritakan kepadaku Yazid Al-Bahili, bahwa ia pernah bertanya kepada Ibnu Abbas tentang makna firman-Nya: lalu mereka ditimpa azab pada hari mereka dinaungi awan. (Asy-Syu'ara': 189), hingga akhir ayat. Ibnu Abbas menjawab, "Allah menimpakan kepada mereka gempa dan panas yang membakar sehingga membuat napas mereka terasa sesak, lalu mereka keluar dari rumahnya masing-masing melarikan diri menuju padang pasir. Maka Allah mengirimkan kepada mereka awan dan menaungi mereka dari sengatan sinar matahari yang membakar. Mereka merasakan kesejukan dan kesegaran di bawah naungan awan itu. Lalu sebagian dari mereka memanggil sebagian yang lain untuk bergabung di bawah naungan awan tersebut. Manakala mereka semua telah berkumpul di bawah naungan awan itu, lalu Allah menimpakan api kepada mereka." Ibnu Abbas melanjutkan kisahnya, "Itulah azab di hari mereka dinaungi oleh awan, sesungguhnya azab itu adalah azab hari yang besar."

{إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَةً وَمَا كَانَ أَكْثَرُهُمْ مُؤْمِنِينَ. وَإِنَّ رَبَّكَ لَهُوَ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ}

Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah), tetapi kebanyakan mereka tidak beriman. Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Dialah Yang Mahaperkasa lagi Maha Penyayang. (Asy-Syu'ara': 190-191)

Yakni Mahaperkasa dalam pembalasan-Nya terhadap orang-orang kafir, lagi Maha Penyayang kepada hamba-hamba-Nya yang mukmin.

26 Tafsir Surat Asy-Syu`araa` Ayat 192-195, Tafsir Ibnu Katsir Terlengkap

9:07 AM Add Comment


Asy-Syu'ara', ayat 192-195

{وَإِنَّهُ لَتَنزيلُ رَبِّ الْعَالَمِينَ (192) نزلَ بِهِ الرُّوحُ الأمِينُ (193) عَلَى قَلْبِكَ لِتَكُونَ مِنَ الْمُنْذِرِينَ (194) بِلِسَانٍ عَرَبِيٍّ مُبِينٍ (195) }

Dan sesungguhnya Al-Qur'an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, dia dibawa turun oleh Ar-Ruhul Amin (Jibril) ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas.

Allah Swt. menceritakan tentang Al-Qur'an yang diturunkan-Nya kepada hamba dan Rasul-Nya (yaitu Muhammad Saw.) melalui firman-Nya:

{وَإِنَّهُ}

Dan sesungguhnya Al-Qur'an ini. (Asy-Syu'ara: 192)

Yakni Al-Qur'an yang telah disebutkan pada permulaan surat dalam firman-Nya yang mengatakan:

{وَمَا يَأْتِيهِمْ مِنْ ذِكْرٍ مِنَ الرَّحْمَنِ مُحْدَثٍ}

Dan sekali-kali tidak datang kepada mereka suatu peringatan baru dari Tuhan Yang Maha Pemurah. (Asy-Syu'ara': 5), hingga akhir ayat.

{لَتَنزيلُ رَبِّ الْعَالَمِينَ}

benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam. (Asy-Syu'ara': 192)

Yaitu diturunkan oleh Allah kepadamu melalui wahyu yang disampaikan kepadamu.

{نزلَ بِهِ الرُّوحُ الأمِينُ}

dia dibawa turun oleh Ar-Ruhul Amin. (Asy-Syu'ara: 193)

Maksudnya, malaikat Jibril a.s. menurut ulama Salaf yang bukan hanya seorang mengatakannya, seperti Ibnu Abbas, Muhammad ibnu Ka'b, Qatadah, Atiyyah Al-Aufi, As-Saddi, Ad-Dahhak, Az-Zuhri, dan Ibnu Juraij. Hal ini termasuk pendapat yang tidak dipertentangkan lagi. Az-Zuhri mengatakan bahwa ayat ini sama dengan firman-Nya:

{قُلْ مَنْ كَانَ عَدُوًّا لِجِبْرِيلَ فَإِنَّهُ نزلَهُ عَلَى قَلْبِكَ بِإِذْنِ اللَّهِ}

Katakanlah, "Barang siapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu telah menurunkannya (Al-Qur'an) ke dalam hatimu dengan seizin Allah; membenarkan apa (kitab-kitab) yang sebelumnya. (Al-Baqarah: 97)

Mujahid mengatakan bahwa barang siapa yang pernah diajak bicara oleh Ar-Ruhul Amin, tubuhnya tidak akan dimakan oleh tanah.

*****

{عَلَى قَلْبِكَ لِتَكُونَ مِنَ الْمُنْذِرِينَ}

ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan. (Asy-Syu'ara': 194)

Yakni Al-Qur'an ini diturunkan oleh malaikat yang mulia, yang mem­punyai kedudukan di sisi Allah, lagi ditaati di kalangan penduduk langit.

ke dalam hatimu. (Asy-Syu'ara': 194) hai Muhammad, dalam keadaan bersih dari campuran, penambahan, dan pengurangan. agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan. (Asy-Syu'ara': 194) Yaitu agar kami memberi peringatan dengannya kepada orang-orang yang menentang dan mendustakannya, bahwa mereka akan ditimpa azab Allah; juga membawa berita gembira dengannya kepada orang-orang mukmin yang mengikuti petunjuknya.

****

Firman Allah Swt.:

{بِلِسَانٍ عَرَبِيٍّ مُبِينٍ}

dengan bahasa Arab yang jelas. (Asy-Syu'ara': 195)

Yakni Al-Qur'an ini yang Kami turunkan kepadamu. Kami menurunkannya dengan memakai bahasa Arab yang fasih, sempurna, lagi padat isinya agar jelas lagi terang dan menang atas semua alasan, serta menjadi hujah yang tegak dan dalil yang memberikan petunjuk kepada akal.

قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ أَبِي بَكْرٍ العَتَكيّ، حَدَّثَنَا عَبَّادُ بْنُ عَبَّادٍ الُمهَلَّبي، عَنْ مُوسَى بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ إِبْرَاهِيمَ التَّيْمِيِّ، عَنْ أَبِيهِ قَالَ: بَيْنَمَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَعَ أَصْحَابِهِ فِي يَوْمِ دَجْن إِذْ قَالَ لَهُمْ: "كَيْفَ تَرَوْنَ بَوَاسِقَهَا؟ ". قَالُوا: مَا أَحْسَنَهَا وَأَشَدَّ تَرَاكُمَهَا. قَالَ: "فَكَيْفَ تَرَوْنَ قَوَاعِدَهَا؟ ". قَالُوا: مَا أَحْسَنَهَا وَأَشَدَّ تَمَكُّنَهَا. قَالَ: "فَكَيْفَ تَرَوْنَ جَوْنَها ؟ ". قَالُوا: مَا أَحْسَنَهُ وَأَشَدَّ سَوَادَهُ. قَالَ: "فَكَيْفَ تَرَوْنَ رَحَاهَا اسْتَدَارَتْ  ؟ ". قَالُوا: مَا أَحْسَنَهَا وأشد اسْتِدَارَتَهَا. قَالَ: "فَكَيْفَ تَرَوْنَ بَرْقَهَا، أومَيض أَمْ خَفْو أَمْ يَشُق شَقّا ؟ ". قَالُوا: بَلْ يَشَقُّ شَقًّا. قَالَ: "الْحَيَاءَ الْحَيَاءَ إِنْ شَاءَ اللَّهُ". قَالَ: فَقَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، بِأَبِي وَأُمِّي مَا أَفْصَحَكَ، مَا رَأَيْتُ الَّذِي هُوَ أعربُ مِنْكَ. قَالَ: فَقَالَ: " حُقَّ لِي، وَإِنَّمَا أُنْزِلَ الْقُرْآنُ بِلِسَانِي، وَاللَّهُ يَقُولُ: {بِلِسَانٍ عَرَبِيٍّ مُبِينٍ}

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Abu Bakar Al-Ataki, telah menceritakan kepada kami Abbad ibnu Abbad Al-Mahlabi, dari Musa ibnu Muhammad, dari Ibrahim At-Taimi, dari ayahnya yang mengatakan bahwa ketika Rasulullah Saw. sedang bersama para sahabatnya di hari yang gelap, tiba-tiba beliau Saw. bertanya kepada mereka, "Bagaimanakah pendapatmu tentang permulaan awan itu?" Mereka menjawab, "Alangkah indahnya dan alangkah tebalnya susunan-susunannya." Beliau bertanya lagi, "Bagaimanakah pendapat kalian tentang pilar-pilarnya?" Mereka menjawab, "Alangkah baiknya dan alangkah kokohnya." Beliau bertanya lagi, "Bagaimanakah menurut kalian tentang gerakannya?" Mereka menjawab, "Alangkah indahnya dan alangkah hitam warnanya."Nabi Saw. bertanya lagi, "Bagaimanakah menurut penglihatanmu tentang putaran anginnya?". Mereka menjawab, "Alangkah indahnya dan alangkah bulat putarannya." Beliau Saw. bertanya, "Bagaimanakah menurut penglihatan kalian tentang kilatnya, apakah berkilauan ataukah redup, ataukah benar-benar membelah?" Mereka menjawab, "Tidak, bahkan membelah dengan belahan yang lurus." Maka Rasulullah Saw. bersabda: Insya Allah, membawa kehidupan, akan membawa kehidupan. Maksudnya, bukan awan yang membawa azab. Maka ada seorang lelaki yang berkata, "Wahai Rasulullah, demi ayah dan ibuku (yang menjadi tebusanmu), alangkah fasihnya engkau. Saya belum pernah melihat orang yang lebih fasih darimu dalam bertutur Arab." Rasulullah Saw. menjawab: Suatu keharusan bagiku, sesungguhnya Al-Qur’an diturunkan dengan memakai bahasaku, dan Allah telah berfirman, "Dengan bahasa Arab yang jelas.” (Asy-Syu'ara': 195)

Sufyan As'-Sauri mengatakan bahwa tidak sekali-kali wahyu diturunkan melainkan dengan bahasa Arab, kemudian masing-masing nabi menerjemahkannya kepada kaumnya. Bahasa yang dipakai pada hari kiamat ialah bahasa Suryani; dan barang siapa yang masuk surga, maka ia berbahasa Arab. Demikianlah menurut riwayat Ibnu Abu Hatim.

26 Tafsir Surat Asy-Syu`araa` Ayat 196-199, Tafsir Ibnu Katsir Terlengkap

9:06 AM Add Comment


Asy-Syu'ara', ayat 196-199

{وَإِنَّهُ لَفِي زُبُرِ الأوَّلِينَ (196) أَوَلَمْ يَكُنْ لَهُمْ آيَةً أَنْ يَعْلَمَهُ عُلَمَاءُ بَنِي إِسْرَائِيلَ (197) وَلَوْ نزلْنَاهُ عَلَى بَعْضِ الأعْجَمِينَ (198) فَقَرَأَهُ عَلَيْهِمْ مَا كَانُوا بِهِ مُؤْمِنِينَ (199) }

Dan sesungguhnya Al-Qur’an itu benar-benar (tersebut) dalam kitab-kitab orang yang dahulu. Dan apakah tidak cukup menjadi bukti bagi mereka, bahwa para ulama Bani Israil mengetahuinya? Dan kalau Al-Qur’an itu Kami turunkan kepada salah seorang dari golongan bukan Arab, lalu ia membacakannya kepada mereka (orang-orang kafir), niscaya mereka tidak akan beriman kepadanya.

Allah Swt. menyebutkan bahwa sesungguhnya sebutan tentang Al-Qur'an ini dan isyarat mengenai keberadaannya benar-benar ada di dalam kitab­ kitab terdahulu yang dinukil dari para nabi mereka yang menyampaikan berita gembira akan kedatangannya sejak zaman dahulu dan masa yang berdekatan dengannya. Sebagaimana Allah mengambil janji dari mereka tentang hal tersebut, sehingga nabi yang paling akhir dari kalangan mereka berdiri seraya berkhotbah kepada golongannya untuk menyampai­kan berita gembira akan kedatangan Ahmad (Muhammad Saw.):

{وَإِذْ قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرَاةِ وَمُبَشِّرًا بِرَسُولٍ يَأْتِي مِنْ بَعْدِي اسْمُهُ أَحْمَدُ}

Dan (ingatlah) ketika Isa putra Maryam berkata, "Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada kalian membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat; dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad).” (As-Saff: 6)

Lafaz az-zubur yang ada dalam surat Asy-Syu'ara ini artinya kitab-kitab, merupakan bentuk jamak dari zabur. Nama yang sama diberikan kepada kitab Nabi Daud, yaitu kitab Zabur. Allah Swt. telah berfirman:

{وَكُلُّ شَيْءٍ فَعَلُوهُ فِي الزُّبُرِ}

Dan segala sesuatu yang telah mereka perbuat tercatat dalam buku-buku catatan. (Al-Qamar: 52)

Yakni tercatat di dalam kitab-kitab catatan amal perbuatan mereka yang dipegang oleh para malaikat pencatat amal perbuatan. Dalam firman selanjutnya disebutkan:

{أَوَلَمْ يَكُنْ لَهُمْ آيَةً أَنْ يَعْلَمَهُ عُلَمَاءُ بَنِي إِسْرَائِيلَ}

Dan apakah tidak cukup menjadi bukti bagi. mereka, bahwa para ulama Bani Israil mengetahuinya? (Asy-Syu'ara': 197)

Artinya, tidakkah cukup bagi mereka adanya saksi yang benar akan hal tersebut melalui ulama Bani Israil yang menjumpai penyebutan Al- Qur'an di dalam kitab-kitab mereka yang biasa mereka pelajari. Makna yang dimaksud ialah ulama Bani Israil yang adil, yaitu mereka yang mengakui kebenaran adanya sifat Nabi Muhammad, kerasulannya, dan umatnya di dalam kitab-kitab mereka. Sebagaimana yang telah diberitakan oleh sebagian orang dari mereka yang beriman —seperti Abdullah ibnu Salam dan Salman Al-Farisi—yang menerimanya dari orang-orang yang ia jumpai dari kalangan ulama Bani Israil dan orang-orang yang semisal dengan mereka. Allah Swt.-telah berfirman:

الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ النَّبِيَّ الأمِّيَّ

 (Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi. (Al-A'raf: 157), hingga akhir ayat.

Kemudian Allah Swt. menyebutkan tentang kerasnya kekafiran orang-orang Quraisy dan keingkaran mereka terhadap Al-Qur'an, bahwa seandainya Al-Qur'an ini diturunkan kepada seseorang yang bukan dari bangsa Arab dari kalangan mereka yang tidak mengetahui bahasa Arab barang sepatah kata pun, lalu Al-Qur'an diturunkan kepadanya dengan bahasa yang jelas lagi fasih, tentulah mereka tidak akan beriman kepadanya. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:

{وَلَوْ نزلْنَاهُ عَلَى بَعْضِ الأعْجَمِينَ. فَقَرَأَهُ عَلَيْهِمْ مَا كَانُوا بِهِ مُؤْمِنِينَ}

Dan kalau Al-Qur’an itu Kami turunkan kepada salah seorang dari golongan bukan Arab, lalu ia membacakannya kepada mereka (orang-orang kafir); niscaya mereka tidak akan beriman kepadanya. (Asy-Syu'ara': 198-199)

Sebagaimana yang diceritakan oleh Allah tentang sikap mereka dalam ayat yang lain melalui firman-Nya:

{وَلَوْ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَابًا مِنَ السَّمَاءِ فَظَلُّوا فِيهِ يَعْرُجُونَ. لَقَالُوا إِنَّمَا سُكِّرَتْ أَبْصَارُنَا}

Dan jika seandainya Kami membukakan kepada mereka salah satu dari (pintu-pintu) langit, lalu mereka terus-menerus naik ke atasnya, tentulah mereka berkata, "Sesungguhnya pandangan kamilah yang dikaburkan.” (Al-Hijr: 14-15), hingga akhir ayat.

{وَلَوْ أَنَّنَا نزلْنَا إِلَيْهِمُ الْمَلائِكَةَ وَكَلَّمَهُمُ الْمَوْتَى}

Kalau sekiranya Kami turunkan malaikat kepada mereka, dan orang-orang yang telah mati berbicara dengan mereka. (Al-An'am: 111), hingga akhir ayat.

Dan firman Allah Swt.:

إِنَّ الَّذِينَ حَقَّتْ عَلَيْهِمْ كَلِمَةُ رَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ

Sesungguhnya orang-orang yang telah pasti terhadap mereka kalimat Tuhanmu tidaklah akan beriman. (Yunus: 96)